Peran Orang Tua dalam Mendampingi Remaja Generasi Z Menghadapi Pergumulan Pornografi
Abstract
Pornografi bukanlah pergumulan baru dalam kehidupan remaja. Namun, konteks remaja Generasi Z telah membawa pornografi ke dalam level yang berbeda dari sebelumnya. Akses tanpa batas kepada teknologi dan dunia internet yang dimiliki remaja Generasi Z, memberi peluang yang besar bagi remaja Generasi Z untuk lebih mudah jatuh kepada pornografi. Hal ini dibuktikan dari angka pornografi remaja yang semakin meningkat, seiring perkembangan teknologi internet.'Namun* sayangnya, krisis ini kurang diperhatikan oleh orang tua Generasi Z. Orang tua cenderung pasif dan terkesan mengabaikan masalah ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa anggapan keliru yang masih dimiliki orang tua, seperti: pembicaraan tentang seks adalah “tabu;” remaja bukan makhluk seksual; remaja akan beroleh pendidikan seks yang baik seiring usianya; dan remaja kebal terhadap pengaruh budaya, karena telah dibawa ke gereja. Hal ini makin diperparah dengan kecenderungan pola pengasuhan mderprotective yang dimiliki orang tua Generasi Z. Apabila keadaan ini terns terjadi, remaja Generasi Z akan terns berjalan ke dalam jerat pornografi yang akhimya menghancurkan hidup mereka dan orang tua hanya menjadi penonton pasif dari kehancuran anak-anak mereka.
Bertolak dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini diperlukan untuk menjawab tiga pertanyaan. Pertama, siapakah remaja Generasi Z dan apa problematika pornografi yang mereka hadapi? Kedua, apa yang dikatakan Alkitab mengenai manusia, pornografi, dan peran orang tua dalam mendidik kaum muda? Ketiga, apa peran orang tua secara praktis dalam mencegah dan mendampingi remaja Generasi Z dalam menghadapi pergumulan pornografi? Sebagai hasil dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sebagai pendidik utama dan wakil Allah bagi anak, orang tua Generasi Z hams mulai mengambil peran mereka, baik dalam pencegahan, maupun dalam pendampingan remaja Generasi Z. Adapun langkah pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain; mengubah pola pengasuhan; menciptakan relasi dan komunikasi yang hangat; memberikan edukasi sedini mungkin tentang seks yang benar dan kekeliruan pornografi; dan memberikan teladan kekudusan seksual bagi remaja. Kemudian, langkah pendampingan yang dapat dilakukan, antara lain: memulai pembicaraan serius mengenai keterikatan remaja dengan pornografi, dan memberi diri untuk melayani remaja, yakni dengan mendengar, berempati, memberi penegasan, memberi pengarahan, dan memjuk kaum profesional, jika diperlukan.