Konsep Penyangkalan Diri Paulus Berdasarkan 2 Korintus 12:1-10 dan Implikasinya Bagi Hamba Tuhan di Kalangan Masyarakat Tionghoa di Indonesia
Abstract
Jemaat Tionghoa pada umumnya memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap hamba Tuhan. Mereka menghendaki hamba Tuhan dapat tampil vmggul dan sempuma dalam berbagai segi. Keinginan mereka terhadap hamba Tuhan yang dapat tampil tmggul dan sempuma ini mempakan refleksi dari kepribadian mereka sendiri, di mana sangat mengejar kesempumaan dalam hidup. Ekspektasi yang tinggi terhadap hamba Tuhan yang melayani di kalangan masyarakat Tionghoa berpotensi membuat hamba Tuhan jatuh pada jeratan self-glory. Hamba-hamba Tiihan yang mendapatkan ekspektasi tinggi terancam mengejar kesempumaan atau keunggulan seperti yang menjadi harapan jemaat Tionghoa kepada mereka. Pengejaran terhadap kesempumaan dan keunggulan ini jelas berpotensi membuat hamba-hamba Tuhan jatuh pada self-glory. Hamba Tuhan yang telah jatuh pada self-glory tentu tidak efektif dalam melayani Tuhan, karena mereka tidak memuliakan Tuhan. Lalu bagaimana hamba Tuhan dapat menemukan solusi yang baik dan biblikal untuk dapat terlepas dari jeratan self-glory, ketika sedang menghadapi tuntutan atau ekspektasi yang tinggi dari j emaat Tionghoa?
Sebagai solusi terhadap masalah ini, konsep penyangkalan diri Paulus yang didasari oleh 2 Korintus 12:1-10 akan menjadi solusi yang efektif bagi hamba-hamba Tuhan untuk terlepas dari jeratan ekspektasi jemaat yang bemjung pada self-glory. Dalam konsep ini, hamba-hamba Tuhan diajak dapat menjadi seperti Paulus untuk tidak hidup berorientasi pada diri, melainkan pada Tuhan semata. Hamba-hamba Tuhan hams dapat mengakui dan menerima berbagai kelemahan dalam diri mereka dan lebih berfokus pada kasih karunia Allah yang cukup bagi mereka. Hamba-hamba Tuhan juga hams terns berfokus pada pemberitaan Injil terhadap jemaat dan bukan pada penerimaan diri dari jemaat. Intinya, hamba-hamba Tuhan hams menyangkal diri mereka dan mengalihkan fokus mereka pada kasih karunia Allah dan misi pemberitaan Injil yang dipercayakan pada mereka. Konsep penyangkalan diri ini akan menjadi kekuatan utama yang mendasar dein kokoh bagi hamba-hamba Tuhan ketika sedang menghadapi derasnya ekspektasi jemaat Tionghoa. Konsep penyangkalan diri ini jelas menolak isi ekspektasi jemaat Tionghoa yaitu kesempumaan dan keimggulan diri. Pada akhimya, konsep penyangkalan diri ini akan membuat hamba-hamba Tuhan terlepas atau terbebas dari self-glory.