Tinjauan Kritis Terhadap Hubungan Antara Konsep Paulus Mengenai Pernikahan Dan Selibat Dalam 1 Korintus 7 Dengan Desain Allah Terhadap Manusia Dalam Kejadian 2:18
Abstract
Konsep Paulus mengenai pernikahan dan selibat dalam 1 Korintus 7 sering menjadi perdebatan di antara para penafsir Alkitab. Paulus dicurigai memiliki pandangan yang rendah terhadap perni-kahan dan seks, serta lebih meninggikan kehidupan selibat. Misalnya, Conzelmann yang mengatakan bahwa Paulus melihat pernikahan hanya sebagai alternatif untuk menghindari dosa seksual. L. H. Marshall menilai Paulus mendukung complete sexual abstinence. Namun, penulis melihat bahwa ada potensi masalah lain yang muncul. Jika Paulus memberikan sebuah nilai lebih pada hidup selibat dibandingkan pernikahan, maka ada potensi kontradiksi dengan desain Allah saat menciptakan manusia. Dalam Kejadian 2:18, TUHAN Allah mengatakan: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (TB). Ayat ini menunjukkan bahwa sejak penciptaan, Allah men-desain manusia untuk tidak seorang diri. Allah yang menjadi inisiator untuk menjadikan laki-laki dan perempuan menjadi satu daging. Sedangkan Paulus menulis dalam 1 Korintus 7:38: “Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.” (TB). Ini letak kontradiksinya: Allah mengatakan bahwa tidak baik bila manusia itu seorang diri saja, tetapi Paulus mengatakan hidup melajang adalah lebih baik. Lantas, apakah benar bahwa konsep Paulus mengenai perni-kahan dan selibat berkontradiksi dengan desain Allah dalam Kejadian 2:18? Dalam tulisan ini, penulis akan memberikan tinjauan kritis terhadap relasi antara konsep Paulus mengenai pernikahan dan selibat dalam 1 Korintus 7 dengan desain Allah terhadap manusia dalam Kejadian 2:18. Pada bagian pertama, penulis akan menunjukkan konteks sosio-historis dan konteks perikop 1 Korintus 7 serta pengaruhnya dalam memahami konsep Paulus mengenai pernikahan dan selibat. Di bagian kedua, penulis akan memaparkan jawaban Paulus terhadap kelompok-kelompok yang keliru memahami konsep eskatologis dan implikasinya dalam pernikahan dan selibat. Penulis menutup dengan menyimpulkan bahwa konsep Paulus mengenai pernikahan dan selibat dalam 1 Korintus 7 tidak berkontradiksi dengan desain Allah terhadap manusia dalam Kejadian 2:18 dan hanya meru-pakan jawaban atas isu di dalam jemaat Korintus.