Studi tentang Ibadah Intergenerasi sebagai Alternatif Bentuk Ibadah dalam Gereja
Abstract
Saat ini masyarakat cenderung terbagi ke dalam kelompok-kelompok usia tertentu, yang dikenal dengan istilah segregasi umur. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan yang cukup siginifikan di antara kelompok usia yang berbeda. Perbedaan tersebut merupakan akibat dari dua faktor, yaitu; makin panjangnya usia hidup seseorang dan makin cepatnya perubahan kondisi dunia dari hari ke hari. Kelompok usia yang berbeda semakin sulit mengerti satu sama lain akibat pengalhman hidup yang berbeda. Situasi seperti ini menimbulkan kebutiihan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang berbeda bagi kelompok usia (generasi) yang berbeda supaya bisa menjawab tantangan yang mereka hadapi dengan lebih tepat. Masyarakat memberi pelayanan (berupa produk atau jasa) yang sesuai dengan kebutuhan setiap generasi, termasuk ibadah dalam gereja. Di satu sisi hal ini memang dibutuhkan, namun di sisi lain pemisahan jemaat ke dalam ibadah-ibadah sesuai kelompok usia secara terus-menerus akan membawa dampak negatif bagi gereja di masa depan, misalnya: menghilangnya kaum muda dari gereja akibat tradisi ibadah yang dinilai asing dan kurang relevan bagi kehidupan mereka, sedangkan di pihak lain generasi yang lebih tua kurang memiliki kesempatan untuk meneruskan tradisi tersebut alcibat segregasi ibadah.
Ibadah intergenerasi diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung yang mempersatukan generasi yang berbeda. Dalam ibadah intergenerasi setiap kelompok usia dihargai dan terlibat secara aktif untuk melayani. Ibadah intergenerasi mengajarkan setiap generasi untuk saling mengasihi, menghargai, dan belajar satu terhadap yang Iain. Ini adalah wujud nyata kesatuan tubuh Kristus yang akan menjadi kesaksian bagi dunia seperti yang tercatat dalam Alkitab. Skripsi ini akan mcnjelaskan dasar-dasar alkitabiah, teologis, dan praktika yang mendukung pelaksanaan ibadah intergenerasi, sekaligus memaparkan cara-cara praktis merancang ibadah intergenerasi dalam gereja. Melalui tulisan ini penulis berharap gereja-gereja dapat mempertimbangkan untuk melaksanakan ibadah intergenerasi sebagai salah satu bentuk alternatif ibadah.