Signifikansi Imajinasi dan Penerapannya dalam Berkhotbah.
Abstract
Harapan setiap pengkhotbah tentunya agar jemaat dapat memiliki pertumbuhan iman yang nantinya dapat membawa transformasi dalam kehidupan mereka. Pertumbuhan iman ini hanya dapat terjadi melalui kuasa firman Tuhan sebagaimana dikumandangkan Alkitab. Oleh karena itu, pelayanan khotbah yang setia dan berpijak kukuh pada kebenaran firman Tuhan merupakan keniscayaan. Banyak pengkhotbah menyadari kuasa firman Tuhan dan berupaya keras untuk melakukan penggalian firman Tuhan dengan benar. Namun dalam kenyataannya, upaya keras mereka seringkali tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Karena banyak jemaat merasa tidak tergugah ketika mendengarkan firman yang disampaikan.
Pijakan yang kukuh pada kebenaran firman memang mutlak diperlukan dalam berkhotbah. Namun cara dalam mengomunikasikan kebenaran tersebut juga tidak perlu diperhatikan agar jemaat dapat mengafirmasi pesan khotbah baik secara intelektual maupun emosional sehingga mereka dapat memiliki perubahan kehendak seturut firman Tuhan. Dengan kata lain, khotbah harus mampu menggerakkan pikiran dan menggugah jiwa pendengar. Khotbah demikian berarti memerlukan keterlibatan imajinasi pengkhotbah dalam prosesnya. Sebab imajinasi adalah aspek dalam diri manusia yang mampu menjembatani dan mengintegrasikan aspek pikiran dan emosi pendengar.
Dalam realitanya, signifikansi imajinasi dalam berkhotbah masih cenderung diabaikan dan terkadang dicurigai karena dianggap sebagai khayalan semata. Namun tatkala melihat Alkitab, jelas nampak bahwa Allah menginspirasi para penulis Alkitab dengan melibatkan imajinasi mereka yang tertuang dalam karya sastra untuk mengkonkretkan sesuatu yang abstrak. Khotbah yang sarat imajinasi disampaikan oleh banyak tokoh dalam Alkitab dan terutama Yesus sendiri yang terlihat dari kentalnya penggunaan cerita, metafora, dan imagery. Karena itu penggunaan imajinasi dalam berkhotbah sesungguhnya merupakan esensi dalam berkhotbah.
Ketika imajinasi pendengar tersentuh dalam khotbah, mereka dapat bukan hanya memahami tetapi juga mengalami pesan khotbah sehingga kehendak mereka dapat diarahkan seturut firman Tuhan. Maka dari itu, para pengkhotbah seyogyanya dapat memahami signifikansi imajinasi dan menerapkannya dalam proses khotbah.