Karunia Rohani Jemaat Berdasarkan Teologi Paulus dan Implikasinya Bagi Usaha Pendayagunaan Jemaat Gereja Masa Kini
Abstract
Karunia rohani adalah sebuah kemampuan atau fungsi khusus yang Allah berikan bagi setiap orang percaya dengan tujuan untuk membangun tubuh-Nya, yaitu gereja, di muka bumi ini. Paulus, seorang rasul yang merintis dan memimpin gereja mula-mula, beberapa kali menyebutkan dan menjelaskan tentang topik karunia rohani ini dalam tulisan-tulisannya yang tercatat di Perjanjian Baru, khususnya dalam surat Roma 12:3—8, 1 Korintus 12—14, dan Efesus 4:7—16. Ia menganalogikan orang-orang percaya sebagai anggota-anggota dari tubuh yang memiliki fungsinya masing-masing, namun dalam keperbedaan tersebut bekerja bersama-sama untuk kemuliaan Allah serta pembangungan jemaat.
Sayangnya, beberapa kali dalam sejarah kekristenan, gereja tidak mempraktikkan hal ini dengan tepat. Misalnya pada masa-masa sebelum Reformasi, gereja dipimpin oleh Paus secara absolut sehingga orang-orang percaya tidak berbagian dalam pembangunan tubuh Kristus sebagaimana semestinya. Setelah Reformasi, keadaan gereja semakin baik dengan adanya sistem dan struktur dalam gereja yang semakin alkitabiah. Namun demikian, pada zaman modern ini, orang-orang percaya kembali kurang menyadari peran mereka dalam pembangunan tubuh Kristus karena pengaruh perkembangan zaman yang individualis.
Dalam skripsi ini, penulis mengkaji topik karunia rohani dengan mengeksposisi tulisan-tulisan Paulus mengenai topik ini, kemudian penulis juga meninjau pendayagunaan karunia-karunia ini sepanjang sejarah kekristenan, dan akhirnya penulis menarik implikasinya bagi pendayagunaan karunia-karunia rohani tersebut bagi zaman ini—bagaimana pentingnya karunia-karunia tersebut dan bagaimana seharusnya setiap oknum dalam gereja menyikapinya.
Pertama-tama, para pemimpin di dalam gereja perlu menyadari peran utama mereka, yaitu memperlengkapi seluruh jemaat agar dapat menjalankan perannya masing-masing dengan maksimal di dalam tubuh Kristus. Setiap hal yang para pemimpin putuskan dan lakukan, baik dalam pembuatan program-program gereja atau upaya praktis lainnya, harus berdasarkan pada ingat-ingatan ini. Para pemimpin bukanlah solois di dalam tubuh Kristus. Mereka adalah dirigen yang mengarahkan dan menolong setiap orang percaya melantunkan perannya dengan maksimal sehingga tercipta sebuah harmoni yang indah dan mendatangkan damai sejahtera.
Sebaliknya, jemaat juga perlu menyadari bahwa mereka bukanlah penonton yang duduk di bangku dalam gedung gereja untuk menyaksikan pertunjukan-pertunjukan rohani. Mereka adalah bagian dari orkestra yang memiliki perannya masing-masing untuk memperlengkapi tubuh Kristus. Peran itu bisa menjadi sangat menonjol maupun kurang terlihat, namun hal tersebut tidak mengurangi atau menambahi pentingnya keberadaan setiap anggota di dalam tubuh Kristus. Semua sama-sama berfungsi dan diperlukan di dalam gereja.