Tinjauan Teologis-Alkitabiah terhadap Model Kontekstualisasi Injil menurut Phil Parshall dan Relevansinya bagi Pelayanan Penginjilan di Indonesia.
Abstract
Kontekstualisasi Injil adalah salah satu isu yang sedang ramai dibicarakan baik di kalangan akademisi maupun praktisi misi. Pendekatan kontekstual Injil bukan pendekatan yang baru, karena Alkitab khususnya Perjanjian Baru telah memaparkan secara implisit mengenai pola pendekatan ini. Pada dasawarsa terakhir penginjilan kontekstualisasi kepada kaum muslim, menjadi satu isu yang penting dalam usaha-usaha pemberitaan Injil diAsia secara khusus di Indonesia. Karena itu, bermunculan pola-pola pendekatan kontekstual Injil yang berhubungan dengan pendekatan budaya maupun pendekatan religius.
Phil Parshall, seorang akademisi dan praktisi misi yang selama 40 tahun berkecimpun dalam dunia penginjilan untuk kaum muslim tradisional khususnya di Bangladesh dan Filipina mengemukakan model pendekatan kontekstualisasi Injil dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan inkarnasional yang ditujukan kepada pemberita Injil, pendekatan spiritual teologis untuk menjembatani pemahaman Islam mengenai ajaran-ajaran dalam Alquran dengan kekristenan, dan pendekatan ritual-ritual keagamaan dalam proses akomodasi budaya yang memungkinkan munculnya satu gereja yang indigenos dan alkitabiah.
Islam tradisional di Indonesia adalah Islam yang merupakan hasil asimilasi dan akulturasi dengan kepercayaan pra Islam seperti animisme, dinamisme serta kepercayaan Hindu dan Budha. Islam tradisional adalah Islam yang akomodatif dengan budaya setempat, sehingga mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya.
Pendekatan kontekstualisasi injil Parshall, mengacu kepada pengajaran yang diajarkan oleh Alkitab, gereja mula-mula, gereja zaman reformasi dan telah dipraktikan oleh beberapa praktisi misi di Indonesia dan terbukti membawa banyak orang Muslim tradisional untuk percaya kepada Yesus. Model pendekatan yang dikemukakan Parshall, berkaitan dengan pendekatan spiritual teologis memiliki beberapa kelemahan secara teologia, karena itu perlu pendalaman secara hermeneutik dan teologis, namun yang berkaitan dengan pendekatan inkarnasional dan tradisi ritual sosial keagamaan, relevan untuk dipraktikkan dalam konteks pemberitaan Injil bagi masyarakat muslim tradisional di Indonesia.