Tinjauan Kritis terhadap Soteriologi Ioanes Rakhmat dari Perspektif Teologi Salib Injili.
Abstract
Salib adalah pusat dari karya Yesus Kristus dan dengan demikian merupakan pusat dari kekristenan dan pusat dari semua pemikiran Kristen. Kisah salib Yesus adalah suatu peristiwa yang sangat signifikan bagi iman Kristen. Lewat salib, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, Allah mendamaikan kembali manusia yang berdosa dengan diri-Nya. Inilah inti dari teologi salib. Begitu signifikannya teologi salib maka suatu “keberhasilan” dalam menjungkirbalikkan teologi salib tersebut adalah merupakan suatu “keberhasilan” dalam menghancurkan kekristenan itu sendiri.
Sejarah membuktikan bahwa upaya untuk menjungkirbalikkan teologi salib sudah dilakukan oleh banyak sekali orang dari berbagai tempat dan zaman. Cemoohan dan ejekan seakan-akan tidak henti-hentinya ditujukan kepada doktrin ini. Mereka bukan hanya berasal dari luar kekristenan, namun juga orang-orang yang menyandang status “teolog” dan mengaku sebagai “orang dalam.”
Salah seorang teolog Indonesia yang dengan sangat giat menyerang dan ingin menjatuhkan teologi salib adalah Ioanes Rakhmat. Melalui buku-buku serta artikel-artikel yang dimuatnya baik di media cetak maupun internet, Rakhmat, begitu gencar menyerang kekristenan. Tiga hal yang diserang Rakhmat karena dianggap paling bermasalah, adalah: bahwa soteriologi salib menunjukkan kekerasan dan dosa Allah; bahwa ajaran tentang dosa dan dosa asal hanyalah mitos dan merupakan kisah fiktif semata; dan bahwa pada dasarnya Yesus dari Nazaret, hanyalah seorang revolusioner yang memperjuangkan teokrasi Yahudi, yang mencintai kehidupan dan karenanya sebetulnya Ia tidak pernah membayangkan atau bahkan bercita-cita untuk menempuh jalan sengsara salib.
Meski seakan-akan dibombardir dari segala arah, namun kaum injili berhasil membuktikan bahwa apa yang selama ini dipegang oleh pandangan Kristen ortodoks mengenai atonement, dosa dan Yesus Kristus adalah benar dan didukung oleh kesaksian Alkitab. Ketika Rakhmat melihat bahwa salib Kristus mengajarkan dan melegitimasi kekerasan; Alkitab justru menunjukkan bahwa salib adalah bukti kasih Allah kepada dunia. Ketika Rakhmat melihat dosa hanyalah mitos dan imajinasi fiktif semata; Alkitab justru memberitahukan bahwa dosa itu nyata dan dampaknya sangat serius karena merusakkan dunia milik Allah. Ketika Rakhmat melihat bahwa Yesus Kristus hanyalah seorang tokoh revolusioner Yahudi yang begitu berhasrat memperjuangkan kemerdekaan bangsa-Nya, dan merupakan pribadi yang begitu mencintai kehidupan sehingga pasti tidak mau mati konyol; Alkitab justru menyaksikan bahwa Yesus Kristus adalah manusia tetapi Ia juga Allah, yang dengan kesadaran penuh dan kerelaan penuh menapaki via dolorosa demi pendamaian manusia dengan Allah.