Tinjauan Terhadap Strategi Komunikasi Injil “Redemptive Analogy” Berdasarkan Perspektif Teori Komunikasi Lintas Budaya David Hesselgrave.
Abstract
Mengkomunikasikan Injil secara lintas budaya merupakan pergumulan klasik dari zaman ke zaman dalam dunia misiologi. Segala daya dan upaya telah dilakukan demi tercapainya suatu komunikasi yang efektif bebas dari sinkretis. Di tengah-tengah pergumulan ini, seorang misionaris bernama Don Richardson menemukan suatu strategi komunikasi Injil untuk masyarakat kesukuan atau primitif. Strategi ini dikenal dengan nama strategi Redemptive Analogy atau Analogi Penebusan.
Strategi ini tidak hanya berbicara mengenai sebuah inovasi baru tetapi sebuah perdebatan di kalangan para misiolog dan misionaris. Sebagian pihak menitikberatkan permasalahan pada teologis dan pihak yang lain pada praksis misi Richardson. Untuk itu, penelitian ini diadakan sebagai cara menemukan sebuah penilaian yang objektif terhadap usaha Richardson di masa lampau. Penelitian ini difokuskan pada pendekatannya, latar belakang pemikiran dan strategi komunikasi Injil yang telah diterapkannya dalam konteks masyarakat suku Sawi. Melalui identifikasi ini, maka jawaban akhir diharapkan tersedia bagi Komunikator Injil atau misionaris sekarang ini yang melayani dalam konteks masyarakat suku.
Dalam rangka mencapai penilaian yang objektif, teori komunikasi Injil hasil pemikiran David Hesselgrave menjadi acuan dalam penelitian ini. Teori komunikasi tersebut berisi tujuh dimensi yang dirancang untuk tercapainya suatu komunikasi Injil yang efektif. Tujuh dimensi itu meliputi cara-cara memahami pandangan dunia, cara berpikir, bentuk linguistik atau tata bahasa, pola perilaku, struktur sosial; cara menyalurkan berita dan cara memahami sumber motivasi. Tentu saja tujuh dimensi itu harus diterapkan dalam ketundukkan pada kebenaran Firman Tuhan.
Sebagai hasil penelitian, ditemukan bahwa strategi komunikasi Richardson memenuhi syarat pola tujuh dimensi kategori Hesselgrave. Namun demikian, Richardson telah terjebak dengan konteks budaya. Konteks budaya telah melahirkan suatu pemahaman teologi yang kurang tepat bagi Richardson sendiri. Selain itu pendekatannya termasuk dalam kategori religious similarities yang mencari kesamaan dalam suatu kepercayaan dengan Kekristenan. Pendekatan ini terlalu memaksakan dan berisiko jika tidak ada tindak lanjut pengajaran. Dengan bercermin pada sejarah di masa lampau, maka strategi Analogi Penebusan ini sebenarnya dapat dipakai sebagai salah satu metode bagi para komunikator Injil atau misionaris. Hanya saja perlu mendasarkan semua pendekatan di bawah terang kebenaran Firman Tuhan.