Tinjauan Kritis terhadap Konsep Kebenaran Injili Pascakonservatif dan Implikasinya terhadap Pergerakan Kaum Injili Indonesia di Era Pascamodern.
Abstract
Pergumulan antara mempertahankan identitas dan menjadi relevan merupakan pergumulan kaum injili di sepanjang sejarah. Memasuki era pascamodern pun, kaum injili, secara khusus di Indonesia, menghadapi pergumulan yang sama. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul berkaitan dengan sejauh mana kaum injili seharusnya mempertahankan nilai-nilai yang diwariskan, dan sejauh mana kaum injili beradaptasi dengan perubahan zaman. Pada umumnya, kaum injili yang lebih konservatif akan mempertahankan identitas injili dengan kokoh dan menolak segala bentuk adaptasi dengan nilai-nilai pascamodern. Akan tetapi, muncul kekhawatiran bahwa langkah yang demikian akan membuat berita Injil kehilangan relevansinya di era pascamodern masa kini.
Gerakan injili pascakonservatif merupakan salah satu gerakan di dalam kaum injili yang mengajukan sebuah proposal baru bagi kaum injili di era pascamodern. Gerakan yang diajukan oleh tokoh-tokoh seperti Stanley Grenz, John Franke, Nancey Murphy, dan Roger Olson ini berusaha untuk mereformasi nilai-nilai injili yang selama ini diwariskan agar kekristenan menjadi relevan di era pascamodern. Salah satu proposal yang diajukan adalah berkenaan konsep kebenaran Kristen. Gerakan ini merevisi konsep yang selama ini dipegang oleh kaum injili konservatif akan apa itu kebenaran, bagaimana kebenaran dapat diketahui, relasi antara kebenaran dan manusia, dan lain sebagainya. Skripsi ini adalah sebuah tinjauan kritis terhadap konsep kebenaran kaum injili konservatif di dalam perkembangannya. Tinjauan ini bermaksud untuk melihat apakah memang proposal injili konservatif tersebut alkitabiah dan merupakan langkah yang seharusnya diadopsi oleh kaum injili di era pascamodern. Pada akhirnya, skripsi ini menyimpulkan bahwa konsep kebenaran yang diajukan kaum injili pascakonservatif tidak alkitabiah, melainkan merupakan bentuk akomodasi terhadap nilai-nilai zaman. Karena itu, proposal dari gerakan ini bukanlah jawaban yang tepat bagi pergumulan injili di era pascamodern. Kaum injili, di dalam segala bentuk interaksinya dengan budaya zaman tidak boleh mengubah dasar yang tetap, yaitu bahwa kebenaran tidak dapat lepas dari keberadaan Allah dan penyataan-Nya.