Eksegesis Kanonikal terhadap Kitab Ezra-Nehemia dan Implikasinya bagi Kepemimpinan Gereja Masa Kini.
Abstract
Kitab Ezra dan Nehemia dalam kanon Ibrani merupakan satu kitab yang pada perkembangannya dipisah menjadi dua kitab yang berbeda. Eksegesis dengan pendekatan kanonikal melihat kedua kitab ini merupakan dua kitab yang berdiri sendiri dengan keunikan masing-masing meskipun ada pandangan yang berpendapat bahwa kedua kitab ini ditulis oleh pengarang yang sama, memiliki tema yang mirip, adanya faktor kesamaan literatur, urutan sejarah dan bukti sejarah. Berdasarkan persamaan tersebut, Ezra dan Nehemia merupakan pemimpin yang dipanggil untuk memulihkan tatanan kehidupan umat Allah. Ezra adalah seorang imam dan ahli Taurat yang berupaya mengembalikan ibadah dan penyembahan hanya kepada Allah Israel. Perannya sebagai pemimpin terlihat dari bagaimana ia dapat membangun kembali Bait Suci dan memperbaiki kehidupan umat Allah yang sesuai dengan perjanjian, salah satunya dengan memurnikan bangsa Israel dari perempuan kafir. Sedangkan Nehemia, tampil sebagai pemimpin yang mewakili kaum awam, seorang juru minuman raja yang dipanggil Allah untuk pulang ke Yehuda setelah mendengar kabar kehancuran tembok kota Yerusalem. Kepemimpinannya berdampak dalam segi fisik, yaitu pembangunan kembali tembok Yerusalem. Dengan peran mereka masing-masing, bangsa Israel dapat bangkit untuk menunjukkan jati diri mereka sebagai umat Allah. Hal ini dapat tercapai karena keduanya saling bekerja sama dengan melakukan visi, misi, dan nilai-nilai yang Allah berikan sesuai panggilan mereka.
Kepemimpinan Ezra dan Nehemia merupakan model bagi para pemimpin gereja masa kini dalam menggumulkan visi, misi, dan nilai kerja sama dalam pelayanan. Pengalaman Ezra dan Nehemia menunjukkan bahwa baik rohaniwan maupun kaum awam, keduanya dipanggil Allah untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang membangun bangsa Israel. Meskipun pada kenyataannya, masing-masing pemimpin akan melakukan peran yang berbeda tetapi mereka memiliki panggilan yang sama, yaitu untuk melaksanakan agenda Allah. Allah mempercayakan kemampuan-kemampuan yang berbeda sesuai dengan peran mereka dalam menjalankan visi dan misi-Nya. Visi dan misi tersebut dapat dicapai dengan efektif ketika pendeta dan pemimpin awam dapat terlibat aktif dan saling bekerja sama.