Tinjauan terhadap Kristologi Kaum Feminis dari Perspektif Kaum Injili.
Abstract
Kristologi merupakan doktrin inti dalam kekristenan. Tanpa kristologi tidak ada pengikut Kristus dan tanpa kekristenan tidak ada kristologi. Namun uniknya, terdapat cukup beragam doktrin kristologi yang diajarkan di dalam kalangan kaum Kristen ini. Perbedaan doktrin kristologi di antara kaum Kristen ini disebabkan oleh titik berangkat dan perspektif yang berbeda dalam melihat, menghayati, dan memahami hakikat diri Yesus Kristus dan tujuan kedatangan-Nya.
Di antara kaum Kristen, ada kelompok yang menamai dirinya sebagai kaum feminis Kristen. Karena itu tidak heran jika mereka pun memiliki doktrin kristologi. Doktrin kristologi yang digumulkan dan diajarkan oleh kaum feminis juga cukup beragam. Dua di antara kristologi kaum feminis yang beragam tersebut adalah kristologi kaum feminis radikal dan kristologi kaum feminis reformis. Bagi kaum feminis radikal Yesus Kristus hanyalah seorang laki-laki biasa dan karena itu jelas bahwa Yesus bukanlah Tuhan, apalagi Juru Selamat umat manusia, terkhusus kaum perempuan. Sedangkan bagi kaum feminis reformis, Yesus Kristus adalah seorang Pembebas yang membebaskan kaum feminis dari kuk budaya patriarkhal.
Di sisi yang berbeda dengan kaum feminis, kaum injili memiliki perspektif yang berbeda. Bagi kaum injili, Yesus Kristus bukan manusia biasa, Ia adalah Tuhan dan juru selamat umat manusia. Ia memang sepenuhnya manusia namun Ia juga sepenuhnya Allah yang datang untuk membawa misi perdamaian antara umat manusia dan Allah. Misi perdamaian ini sangat dibutuhkan oleh umat manusia karena sejak jatuh ke dalam dosa umat manusia telah menjadi seteru Allah dan tidak dapat lagi menikmati Allah atau memiliki akses kepada Allah. Tanpa misi perdamaian ini maka semua umat manusia akan berakhir dalam murka Allah di dalam neraka. Yesus Kristus adalah agen utama dalam misi perdamaian ini.
Dari perspektif kaum injili, kristologi kaum feminis dianggap sebagai kristologi yang tidak ortodoks atau menyimpang. Dikatakan demikian karena kaum feminis memulai kristologinya bukan dari Alkitab melainkan berdasarkan pengalamannya sebagai kaum perempuan. Selain karena dasar beteologi yang tidak alkitabiah, kaum feminis juga lebih berfokus pada dirinya sebagai kaum perempuan daripada fokus kepada Yesus Kristus yang diperkenalkan oleh Alkitab dan sejarah kepada dunia. Keberfokusan pada diri ini akhirnya mendorong kaum feminis untuk merevisi kristologi Kristen tradisional atau kaum injili. Tidak hanya itu kaum feminis bahkan juga mengganti hakikat diri Yesus dan tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia ini. Perbedaan yang jauh sampai ke akar ini akhirnya membuat kaum injili menolak menerima kristologi kaum feminis untuk diajarkan kepada perempuan, ataupun kepada gereja sebagai tubuh Kristus.