Tinjauan Pidato Stefanus dalam Kisah Para Rasul 7 dalam Hubungannya dengan Penganiayaan Saulus dan Relasinya terhadap Teologi Umat Pilihan Paulus.
Abstract
Pidato Stefanus di hadapan Mahkamah Agama yang dicatat dalam Kisah Para Rasul pasal 7 merupakan pidato yang penting dalam keseluruhan kitab Kisah Para Rasul karena menjadi tanda dalam keseluruhan kitab atas dimulainya pengabaran Injil kepada bangsa bukan Yahudi. Pidato ini memiliki dua tema besar, yaitu: kehadiran dan penyembahan kepada Allah dapat dilakukan di segala tempat dan Yesus Kristus adalah Mesias yang ditolak orang Yahudi.
Pidato Stefanus membuat Mahkamah Agama sakit hati dan marah sehingga ia dirajam batu hingga mati. Pidato ini tidak hanya berdampak pada kematian dirinya tetapi juga pada penganiayaan yang dialami jemaat Kristen di kota Yerusalem sehingga mereka harus menyebar ke seluruh Yudea dan Samaria. Tokoh penting dalam penganiayaan ini adalah seorang Farisi yang bernama Saulus.
Sebagai seorang Farisi yang hidup di era Bait Allah Kedua, Saulus memiliki tiga teologi utama yaitu: monoteisme, pemilihan, dan eskatologi. Ketiga teologi ini membuatnya memiliki semangat yang kuat (zealous) untuk hidup kudus dan taat melakukan Taurat. Dengan tiga teologi ini ia melihat pidato Stefanus dan iman jemaat Kristen merupakan penghujatan, penyesatan dan kanker yang membahayakan agama Yahudi sehingga harus segera dimusnahkan. Saulus percaya bahwa Yesus yang mati di kayu salib adalah manusia yang dikutuk Allah sehingga tidak mungkin adalah Mesias. Demikian juga pidato Stefanus yang merendahkan Bait Allah merupakan pidato yang sama artinya merendahkan Taurat. Karena itu, dengan melakukan penganiayaan Saulus melihat dirinya sebagai pihak yang dipakai Allah untuk melakukan penghakiman kepada orang Yahudi yang tidak taat seperti yang telah dilakukan Pinehas, Elia, dan Matatias.
Penganiayaan jemaat Kristen di kota Yerusalem dilanjutkan Saulus di kota Damysik. Tetapi penganiayaaan ini tidak tercapai karena di tengah perjalanan ia bertemu dengan Yesus Kristus. Pertemuannya ini mengakibatkan perubahan yang besar pada dirinya. Ia percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias dan ia menjadi tokoh yang memperjuangkan bangsa bukan Yahudi untuk dapat masuk menjadi umat pilihan Allah di dalam iman kepada Yesus Kristus dan tanpa melalui Taurat.
Pidato Stefanus memiliki relasi dalam mempersiapkan pemahaman Paulus mengenai umat pilihan Allah. Pertama, pidato Stefanus yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang ditolak orang Yahudi telah mempersiapkan Paulus untuk percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang menggenapi hukum Taurat sehingga bangsa Yahudi dan bukan Yahudi dapat sama-sama menjadi anak-anak Allah dan keturunan Abraham di dalam Yesus Kristus. Kedua, pidato Stefanus yang berkata bahwa kehadiran dan penyembahan kepada Allah dapat dilakukan di segala tempat telah mempersiapkan Paulus untuk memahami bahwa jemaat Kristen pada dasarnya merupakan bait-bait Allah yang menghadirkan Allah di segala tempat.