Tinjauan Terhadap Konsep Langit dan Bumi yang Baru Serta Implikasinya Bagi Peranan dan Tanggung Jawab Gereja Untuk Penatalayanan Lingkungan di Indonesia.
Abstract
Kerusakan lingkungan atau krisis ekologi merupakan masalah yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Krisis ini sudah seharusnya menjadi suatu perhatian bersama bagi banyak pihak, termasuk orang-orang Kristen. Namun, usaha konservasi lingkungan akan tampak sia-sia, jika pada akhir zaman nanti, langit dan bumi yang sekarang ini akan dihancurkan dan diganti dengan langit dan bumi yang baru. Untuk mengkaji permasalahan tersebut, penulis akan melakukan riset biblika terhadap teks Yesaya 65:17; 2 Petrus 3:10-13; Wahyu 21:1-5a yang berbicara langsung mengenai langit dan bumi yang baru. Hasil penelitian ini akan menunjukkan, apakah langit dan bumi ini akan dihancurkan dan digantikan dengan yang baru, atau langit dan bumi ini tidak dihancurkan, tetapi dipulihkan dan ditransformasi menjadi baru?
Alkitab menyatakan bahwa pada mulanya Allah menciptakan segala sesuatu adalah “baik” bahkan “sangat baik” (Kej. 1:31). Namun setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka bumi ikut dikutuk (Kej. 3:17) dan akhirnya rusak karena manusia (Kej. 6:12). Namun Allah tidak meninggalkan ciptaan-Nya begitu saja. Melalui penebusan dan pengorbanan Kristus, seluruh ciptaan akan mengalami pemulihan (Mat. 19:28; Kis. 3:21; Rm. 8:19-23; Ef. 1:9-10; Kol. 1:15-20). Kemudian, melalui kebangkitan tubuh-Nya, tubuh orang-orang percaya juga akan dibangkitkan pada akhir zaman, sekaligus ini menjadi pengharapan pemulihan seluruh ciptaan. Dengan adanya kebangkitan tubuh, maka ini juga menunjukkan bahwa materi bukanlah sesuatu yang rendah dan jahat, seperti yang dipahami oleh gnostisisme, platonisme, dan neo-platonisme. Dengan pemahaman ini, lebih masuk akal bila langit dan bumi ini tidak dihancurkan, melainkan dipulihkan menjadi baru (renewal).
Dengan keyakinan pengharapan bahwa langit dan bumi yang sekarang akan diperbarui, maka usaha penatalayanan lingkungan tidak akan menjadi pekerjaan yang sia-sia. Pengharapan ini seharusnya memberikan suatu motivasi dan semangat di dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan, khususnya bagi gereja di dalam merespons isu krisis ekologis. Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya, dipanggil untuk menghadirkan Kerajaan Allah di bumi, seperti yang telah dilakukan oleh Kristus. Jika penebusan Kristus membawa pemulihan dan pendamaian pada seluruh ciptaan, maka gereja juga harus menjadi agen pemulihan dan pendamaian bagi seluruh ciptaan.