Reorientasi dan Revitalisasi Teologi Sakramen Perjamuan Kudus bagi Gereja-gereja Bertradisi Injili Masa Kini
Abstract
Sakramen Perjamuan Kudus merupakan suatu ritual yang penting dalam kehidupan orang percaya. Sakramen penting bukan hanya karena Tuhan Yesus yang menginstitusikannya, melainkan sakramen juga merupakan sarana Rahmat Allah bagi umat-Nya atau komunikasi kasih karunia Allah bagi umat-Nya. Selain itu, sakramen berpusat pada Kristus dan bermuatan Injil Kristus yang berfungsi sebagai visible Gospel yang menarik komunitas orang percaya ke dalam kisah penebusan dan ke dalam hadirat Kristus melalui karya Roh Kudus. Oleh karena itu, sudah selayaknya penyelenggaraan sakramen baik baptisan maupun Perjamuan Kudus disertakan dengan pemberitaan Injil juga, karena penyenggaraan sakramen dan pemberitaan firman Tuhan berfungsi untuk saling menguatkan satu sama lain dan secara bersama-sama membangun tubuh Kristus.
Akan tetapi, ritual sakral ini semakin tidak mendapatkan tempat terutama di dalam kalangan gereja-gereja bertradisi injili masa kini. Ada banyak gereja bertradisi injili yang mengklaim berpusat pada Injil dengan memberikan prioritas utama kepada pengajaran dan pemberitaan Firman Tuhan, tetapi di sisi yang lain gereja lalai dalam memberikan prioritas pada penyelenggaraan sakramen terutama Perjamuan Kudus. Kelalaian ini mencakup aspek teologis maupun praktis. Secara teologis ada dua permasalahan yang muncul. Pertama, hakikat dan esensi Perjamuan Kudus dalam gereja-gereja bertradisi injili mengalami penyempitan makna atau dapat disebut tereduksi menjadi pandangan memorialisme. Permasalahan kedua adalah degradasi doktrin sakramen Perjamuan Kudus yang terlihat dari pengajaran yang tidak kuat baik dalam ketekisasi maupun buku-buku sistematika teologi gereja bertradisi injili. Dengan perkataan lain, degradasi doktrin sakramen Perjamuan Kudus terlihat dari bagaimana topik Perjamuan Kudus kurang mendapat perhatian, minat dan hanya sebagai bagian periferal bagi teolog-teolog dan gereja-gereja bertradisi injili. Kedua masalah teologis di atas pada akhirnya membuahkan permasalahan praktis, yaitu terpinggirkannya pelaksanaan Perjamuan Kudus dalam liturgi gereja-gereja bertradisi injili masa kini yang terlihat dari separasi Word and sacrament dan frekuensi penyelenggaraan yang tidak seimbang.
Ketiga permasalahan utama di atas perlu mendapatkan perhatian gereja-gereja bertradisi injili masa kini dengan melakukan reorientasi dan revitalisasi teologi sakramen Perjamuan Kudus. Untuk itu tesis ini hendak mengusulkan teologi sakramen Perjamuan Kudus dari perspektif John Calvin untuk dapat mereorientasi dan merevitalisasi teologi sakramen Perjamuan Kudus gereja-gereja bertradisi injili masa kini. Adapun pertanyaan-pertanyaan riset yang diajukan dalam tesis ini terdiri dari pertama, apa signifikansi teologi sakramen Perjamuan Kudus John Calvin terhadap permasalahan teologi dan praktik Perjamuan Kudus gereja-gereja bertradisi injili masa kini? Kedua, apa permasalahan utama teologi dan praktik Perjamuan Kudus gereja-gereja bertradisi injili masa kini? Ketiga, mengapa penulis memilih teologi sakramen Perjamuan Kudus John Calvin sebagai solusi atas permasalahan teologi dan praktik Perjamuan Kudus gereja-gereja bertradisi injili masa kini? Terakhir, bagaimana teologi Perjamuan Kudus John Calvin dapat merevitalisasi teologi Perjamuan Kudus gereja-gereja bertradisi injili masa kini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat terjawab dengan argumentasi yang dibangun melalui penelusuran dan penyelidikan historis gerakan injili dan teologis sakramen Perjamuan Kudus gereja-gereja bertradisi injili, yang mengungkapkan bahwa gerakan injili banyak mendapatkan pengaruh dan mewarisi kekayaan teologis dari periode reformasi, terutama dari John Calvin. Kemudian penelusuran dan penyelidikan dilakukan terhadap tokoh John Calvin itu sendiri, terutama pandangannya terhadap sakramen dan Perjamuan Kudus. Penelusuran dan penyelidikan ini dilakukan melalui studi kepustakaan terhadap sumber-sumber primer, yaitu tulisan-tulisan Calvin sendiri; dan juga sumber-sumber sekunder, yaitu analisis dan pandangan teolog-teolog lain terhadap pandangan Calvin dan topik terkait. Hasil dari penelitian ini menegaskan bahwa teologi sakramen Perjamuan Kudus John Calvin memiliki keseimbangan baik secara teologis maupun praktis, yang dengan demikian dapat mereorientasi dan merevitalisasi teologi dan praktik Perjamuan Kudus gereja-gereja bertradisi injili masa kini.