Persepsi Pengampunan bagi Anak-Anak Usia 10–12 Tahun
Abstract
Penelitian menemukan bahwa kasus penembakan di sekolah merupakan ekspresi dari kemarahan dan pembalasan atas tindakan-tindakan yang bersifat psikologis. Robert Enright mengatakan bahwa pengampunan adalah salah satu cara untuk dapat menghadapi kemarahan yang tidak sehat. Mengajarkan pengampunan akan membantu seseorang mengelola perasaan marah. Penelitian juga menemukan bahwa rata-rata pelaku penembakan di sekolah berusia 16 tahun dan 87% dari mereka mengalami perundungan berat dalam jangka panjang di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa perundungan terjadi sejak usia masa kanak-kanak. Itu artinya, pengajaran tentang pengampunan juga seharusnya diajarkan sejak usia kanak-kanak agar sedari kecil mereka dapat mengelola perasaan dengan baik.
Sayangnya, literatur dan penelitian tentang pengampunan anak-anak dalam kekristenan sangat terbatas padahal anak-anak yang beragama Kristen juga mengalami hal yang serupa dalam kehidupan relasi mereka sehari-hari. Maka dari itu, penelitian ini mengisi gap yang ada dengan mengeksplorasi persepsi anak-anak dari keluarga Kristen tentang pengampunan. Dengan demikian, kurikulum dan pengajaran yang berdasarkan Alkitab dapat dirancang dan diajarkan kepada anak-anak.
Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dasar yang melibatkan 10 partisipan yang berusia 10–12 tahun dari keluarga Kristen. Wawancara dilakukan secara tatap muka dan direkam. Hasil wawancara lalu dibuat transkrip dan di analisis melalui prosedur standar coding. Hasil penelitian menemukan bahwa persepsi anak-anak usia 10–12 tahun dari keluarga Kristen tentang pengampunan berbicara mengenai menjaga dan memulihkan kembali relasi dengan rekan sebaya. Adapun tema-tema yang muncul dalam penelitian ini meliputi alasan yang mendorong anak-anak memberikan pengampunan, konsekuensi yang anak-anak terima dengan memberikan pengampunan, tantangan yang anak-anak hadapi ketika memberikan pengampunan, dan elemen-elemen yang muncul dalam proses pengampunan anak-anak. Hasil analisis menemukan bahwa persepsi anak-anak tentang pengampunan meliputi tiga aspek, yaitu aspek relasi, religius, dan keuntungan diri. Dari ketiga aspek tersebut, aspek relasi yang paling menonjol.