Hubungan Antara Relasi Anak Perempuan-Ayah dan Kesejahteraan Spiritual, dengan Takut Keintiman Wanita Dewasa Awal dengan Lawan Jenis
Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara relasi anak perempuan - ayah dan kesejahteraan spiritual dengan takut keintiman wanita dewasa awal dengan lawan jenis. Relasi anak perempuan-ayah yang dimaksud disini adalah pandangan anak perempuan tentang kedekatan relasinya dengan ayah, tentang sikapnya terhadap ayah, baik itu berupa pandangan, perasaan, dan keterlibatannya dengan ayah. Dalam tesis ini, kesejahteraan spiritual mengacu kepada perasaan sejahtera dalam kehidupan religiusitas (dimensi vertikal) dan psikologi sosial (dimensi horisontal) mereka. Takut keintiman yang dibahas pada tesis ini merujuk kepada ketakutan subjek secara emosional dengan lawan jenisnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah ada hubungan antara relasi anak perempuan–ayah dengan perilaku takut intim wanita dewasa awal dengan lawan jenis? Hipotesis dari penelitian ini adalah semakin negatif relasi dengan ayah, maka semakin takut intim pula wanita dewasa awal dengan lawan jenis. Demikian juga apakah ada hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan perilaku takut intim wanita dewasa awal dengan lawan jenis. Hipotesis dari penelitian ini adalah, semakin positif kesejahteraan spiritual, maka wanita dewasa awal semakin tidak takut intim.
Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik incidental sampling, yakni dengan menjadikan siapa saja yang ditemui dan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber data. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia 25 sampai dengan 40 tahun, berjenis kelamin perempuan, belum menikah dan tidak sedang menjalin relasi dengan lawan jenis alias tidak sedang berpacaran, dan beragama Kristen. Jumlah sampel adalah 110 orang.
Alat ukur hubungan anak dengan ayah memanfaatkan Child’s Attitude Toward Father (CAF) yang dibuat oleh Walter W. Hudson, terdiri dari 25 butir pertanyaan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan spiritual adalah Spiritual Well-Being Scale (SWBS), yang dibuat oleh Craig W. Ellison dan Raymond F. Paloutzian, yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Sedangkan untuk mengukur takut keintiman digunakan Fear of Intimacy Scale (FISS) yang dibuat oleh Carol J. Descutner & Mark H. Thelen terdiri dari 35 butir pertanyaan, dan akan dipakai untuk mengukur takut keintiman.
Hasil pengolahan data dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 17 memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara relasi anak perempuan – ayah dengan takut keintiman wanita dewasa awal dengan lawan jenisnya, dengan demikian, hipotesis pertama ditolak. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh dampak dari timur yaitu rasa sungkan yang membuat individu tidak berani atau malu mengungkapkan realita yang sesungguhnya menyangkut perilaku negatif ayah, serta persepsi budaya Timur juga yang mengharuskan anak menjunjung tinggi nama baik keluarga, terutama ayah sebagai kepala keluarga. Kemungkinan lain adalah ketidakhadiran ayah digantikan oleh pihak ketiga seperti kakek, paman, atau figur otoritas lainnya. Di lain pihak, berdasarkan pengolahan data ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kesejahteraan spiritual dengan takut keintiman wanita dewasa awal dengan lawan jenis, dan dengan demikian hipotesis kedua diterima.
Secara teoretis disarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan kombinasi variabel yang lain. Secara praktis, disarankan bagi wanita dewasa awal untuk terus menjaga keintiman dengan Tuhan dan mengingatkan diri tentang hal yang paling penting yang perlu dipegang, yaitu keberhargaan diri dihadapan Tuhan. Dengan pengenalan diri yang benar, wanita dewasa awal akan dapat mengatasi rasa takut intim dan menghargai diri dengan tepat.