Kualifikasi Pemimpin Ibadah Berdasarkan Eksposisi 1 Tawarikh 16 dan 25
Abstract
Ibadah merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan bergereja. Salah satunya adalah ibadah komunal. Ibadah komunal merupakan suatu komunitas umat percaya yang berkumpul untuk berjumpa dengan Tuhan. Hal tersebut menunjuk bahwa adanya persekutuan yang menghadirkan keterhubungan dengan Kristus dengan menjalin kasih antar sesama. Maka dari itu, ibadah komunal harus dilaksanakan dengan adanya rasa tanggung jawab dan sikap hormat pada Tuhan. Hal ini sangat membutuhkan seorang pemimpin ibadah mampu untuk mengatur keseluruhan ibadah serta menciptakan seni keindahan untuk menampilkan kemuliaan Tuhan. Oleh karena itu, pemimpin ibadah tidak boleh memimpin ibadah dengan sembarangan karena Tuhan yang disembah adalah Allah yang hidup dan kudus.
Akan tetapi, tidak semua pemimpin ibadah yang melayani ibadah komunal adalah pemimpin ibadah yang kompeten. Banyak pemimpin ibadah yang cenderung menganggap penting untuk latihan, tapi hanya sebagian yang menyediakan waktu yang cukup banyak untuk latihan. Dari data penelitian yang ditemukan, ternyata hanya sedikit pemimpin ibadah yang kompeten. Permasalahan ini memunculkan kebutuhan akan penelitian yang dapat memberikan pemahaman bahwa pemimpin ibadah perlu untuk memiliki kesiapan yang baik, dalam hal kerohanian dan keterampilan. Pertanyaannya adalah seperti apakah bentuk ketidaksiapan pemimpin ibadah? Ketidaksiapan apa saja yang sering terjadi dalam memimpin ibadah? Apakah ketidaksiapan tersebut bisa berpengaruh pada jemaat? Seperti apakah seharusnya kesiapan yang dimiliki oleh para pemimpin ibadah masa kini?
Kualifikasi pemimpin ibadah tersebut dapat dilihat dengan jelas melalui 1 Tawarikh 16 dan 25. Penelitian ini akan menggunakan metode eksposisi yang bertujuan untuk mendalami keimaman para imam dan Lewi sebagai perantara bagi umat dan Allah. Kemudian, penelitian ini juga akan menjelaskan bahwa semua orang percaya (tidak hanya rohaniwan) dipanggil untuk menjadi imam-imam masa kini untuk melayani Tuhan. Sebagai orang dipanggil Tuhan, maka perlu untuk menghargai anugerah Kristus yang telah memberikan akses untuk dapat melayani-Nya. Maka, pemimpin ibadah perlu untuk sungguh-sungguh memelihara kehidupan kerohanian dan meningkatkan keterampilan agar nama Tuhan dipermuliakan bagi seluruh dunia.