Kajian terhadap Konsep Self-Cultivation Neo-Confucianism menurut Doktrin Pengudusan dari Perspektif Reformed
Abstract
Manusia hidup tidak dapat terlepas dari nilai-nilai yang ia pegang dan hidupi, termasuk orang-orang Kristen yang berlatar belakang budaya Tionghoa. Nilai budaya Tionghoa yang berasal dari pengajaran filsafat, terkhusus Confucianism telah menjelma menjadi nilai budaya yang dianut secara umum termasuk orang-orang yang telah hidup di luar Tiongkok dan beragama Kristen. Beberapa kemiripan pengajaran antara Confucianism dan Kristen mengaburkan nilai atau landasan pengajaran tersebut sehingga menyebabkan adanya kesalahan dalam memahami dan mempraktikkannya pada orang Kristen Tionghoa. Neo-Confucianism sebagai pembaharuan dari Confucianism Classic, pada salah satu konsep yang mereka percayai, yaitu Self-Cultivation memberikan contoh bagi adanya kemiripan gagasan dengan doktrin pengudusan Kristen terkhusus dari perspektif Reformed. Muncul pertanyaan apakah memang ada kemiripan konsep Self-Cultivation Neo-Confucianism dengan doktrin pengudusan dari perspektif Reformed? Atau apakah konsep Self-Cultivation Neo-Confucianism dan doktrin pengudusan dari perspektif Reformed sebenarnya berbeda?
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji secara teologis konsep Self-Cultivation Neo-Confucianism. Hipotesis penelitian ini adalah konsep Self-Cultivation Neo-Confucianism berbeda dengan doktrin pengudusan dari perspektif Reformed. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Penulis menggunakan sumber-sumber dan tulisan-tulisan tentang Self-Cultivation Neo-Confucianism. Penulis juga akan menggunakan tulisan-tulisan keagamaan yang mempelajari Self-Cultivation Neo-Confucianism dari perspektif Reformed, serta sumber-sumber doktrin pengudusan dan teologi sistematika dari penulis-penulis Reformed. Hasil penelitian menunjukan bahwa Self-Cultivation Neo-Confucianism dan doktrin pengudusan dari perspektif Reformed sangatlah berbeda. Perbedaan ini sudah ada sejak landasan pemikiran dari kedua pengajaran mengenai asal usul dan natur manusia. Perbedaan landasan pemikiran tersebut menyebabkan adanya perbedaan tujuan dan cara dari keduanya dalam mencapai tujuan mereka. Alkitab menegaskan bahwa manusia adalah ciptaan yang telah jatuh dalam dosa dan kecenderungan hati manusia hanyalah melakukan hal yang jahat. Ini berarti tidak ada manusia yang memiliki kebaikan yang berasal dari dirinya. Hanya Allah yang dapat membuat manusia memiliki kebaikan.