Relasi antara Motif Perjanjian Nama YHWH dalam Kitab Keluaran dan Konsep Ruah YHWH dalam Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama
Abstract
Pada dasarnya, gereja mengakui Roh Kudus sebagai pribadi dari Allah Tritunggal yang setara dengan Allah Bapa, dan Yesus Kristus. Sayangnya, dalam praksisnya, gereja cenderung mengabaikan pengajaran tentang Roh Kudus. Sering kali, gereja hanya mengasosiasikan Roh Kudus dengan karunia-karunia Roh atau bahkan fenomena berbahasa lidah yang sifatnya ekstatik. Tak jarang, hal tersebut menimbulkan sifat “berhati-hati” yang kurang tepat dalam memahami keterlibatan Roh Kudus dalam kehidupan spiritual orang percaya baik penyembahan secara individual maupun komunal dalam gereja. Hal tersebut mungkin terjadi sebagai akibat kurangnya pemahaman akan peranan Roh Kudus dalam relasi perjanjian Allah Tritunggal dan umat-Nya. Minimnya literatur yang membahas Roh Kudus dari perspektif Perjanjian Lama juga menjadi alasan kurangnya pemahaman orang percaya tentang keberadaan dan peranan aktif-Nya sejak masa sebelum Pentakosta.
Penulis berargumen bahwa Perjanjian Lama seharusnya dapat menunjukkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan umat percaya terutama dalam relasi perjanjian dengan Allah. Dalam narasi “Keluaran” yang menjadi awal terbentuknya Israel sebagai sebuah bangsa, Allah mewahyukan diri-Nya melalui nama-Nya, “YHWH.” Nama tersebut sering muncul di sepanjang Kitab Suci Perjanjian Lama. Penulis berasumsi bahwa nama tersebut merupakan salah satu elemen utama dalam motif perjanjian yang digunakan para penulis Kitab Suci, termasuk para nabi, untuk memberi penekanan bagi pesan mereka. Kemunculan motif perjanjian nama tersebut dapat menjadi penerang bagi pemahaman para nabi terhadap konsep “Roh TUHAN” dalam konteks perjanjian.
Melalui studi eksegetikal dengan analisa historis dan etimologis terhadap nama “YHWH” dan kata “rûaḥ,” penulis akan melihat keterkaitan konsep nama dan kata tersebut serta pengaruhnya bagi para nabi. Untuk menemukan makna teologis dari nama “YHWH” dan kata “rûaḥ,” penulis akan melakukan studi intertekstualitas dengan analisa literaris-kanonikal terhadap kemunculan nama dan kata tersebut dalam konteks kitab Keluaran dan Nabi-Nabi. Hasil dari analisa kemunculan nama “YHWH” dalam kitab Keluaran dan kata “rûaḥ” dalam kitab Nabi-Nabi menunjukkan signifikansi teologis keduanya bagi umat Israel. Hasil analisa nama YHWH menghasilkan motif perjanjian nama tersebut yang terdiri dari tiga formula yaitu: formula perjanjian (“Kamu/mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu/Allah mereka”), identifikasi diri (“Akulah YHWH, Allahmu”), dan rekognisi (“supaya kamu/mereka mengetahui bahwa Akulah YHWH”). Kemunculan motif perjanjian nama tersebut dalam teks-teks kenabian menunjukkan bahwa Roh TUHAN adalah pribadi ilahi yang berperan aktif dalam relasi perjanjian Allah dengan umat-Nya, baik sebagai penggenap perjanjian yang baru, sebagai meterai kepemilikan, maupun sebagai agen pemulihan bagi umat-Nya.
Pemahaman para nabi mengenai konsep Roh TUHAN dalam relasi perjanjian yang ditunjukkan oleh motif nama YHWH menjadi dasar bagi pemahaman para rasul mengenai konsep Roh Kudus dalam Perjanjian Baru. Melalui penelitian ini, penulis menunjukkan bahwa motif perjanjian nama YHWH merupakan salah satu alat literaris yang signifikan untuk melihat konsep Roh TUHAN dalam Kitab Nabi-Nabi. Selain itu, melalui penelitian ini, penulis juga menunjukkan bahwa Roh Kudus berperan aktif dalam kehidupan umat-Nya, terutama dalam relasi perjanjian dengan Allah, sejak Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru.