Pengalaman Terinfeksi COVID-19 Jemaat REC Darmo Di Surabaya
Abstract
Pandemi COVID-19 telah melanda Indonesia dan dunia selama lebih dari tiga tahun dan hingga saat ini belum sepenuhnya berakhir. Pandemi telah mengubah cara pandang dan memunculkan berbagai kebiasaan yang baru (new normal) pada masyarakat secara global. Hal yang menakutkan dan membuat frustrasi dari COVID-19 ini adalah semua orang dari berbagai golongan usia dapat terinfeksi, mengalami gejala berat, bahkan meninggal. COVID-19 bukan hanya menyerang secara fisik, tetapi juga menyebabkan gangguan dalam psikologis (seperti kecemasan, depresi) dan spiritual. Muncul ketegangan antara kepercayaan akan kedaulatan Tuhan dengan realitas akan rasa sakit yang dirasakan dan penderitaan yang dialami. Spiritualitas memainkan peranan penting dalam pemaknaan dan respons seseorang terhadap pandemi. Terpaan pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai menyebabkan dampak yang pelik, baik terhadap diri sendiri maupun secara sosial.
Oleh sebab itu, pertanyaan utama penelitian ini adalah bagaimana pengalaman terinfeksi COVID-19 jemaat REC Darmo di Surabaya? Riset dilakukan terhadap 6 partisipan jemaat REC Darmo Surabaya yang terdiagnosis positif COVID-19 dengan tes PCR dan antigen dalam kurun waktu bulan Maret 2020 hingga bulan November 2021. Riset ini merupakan penelitian metode kualitatif dengan pendekatan basic qualitative research yang bertujuan untuk memahami dan menggali pemaknaan dan respons jemaat REC Darmo atas pengalaman mereka terinfeksi COVID-19. Data dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur (semi-structured) dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended questions). Wawancara dilakukan secara daring menggunakan aplikasi Zoom atau WhatsApp call. Lalu data ditranskripsi dan dianalisis dalam tiga tahap coding menggunakan program analisis data NVivo 12 hingga menemukan tema utama dan subtema.
Hasil temuan data memperlihatkan ada empat pengalaman utama jemaat REC Darmo saat terinfeksi COVID-19. Pertama, pengalaman fisik yang dialami para penyintas. Kedua, pengalaman emosi yang dirasakan para penyintas. Ketiga, pengalaman upaya yang dilakukan para penyintas. Kemudian yang keempat adalah pengalaman pemaknaan yang terjadi pada para penyintas. Diharapkan hasil riset ini dapat berkontribusi dalam pemahaman mengenai pengalaman para penyintas Kristen COVID-19 di Indonesia. Secara praktis, studi ini dapat bermanfaat bagi para hamba Tuhan dan konselor Kristen dalam mendampingi para jemaat dan konseli mereka yang terpapar COVID, khususnya bagi penyintas yang masih merasakan efek negatif dalam psikologis mereka.