Hubungan Antara Strength-Based Parenting, Dukungan Sosial dan Grit pada Remaja SMA
Abstract
Grit merupakan ciri karakter yang terdiri dari kegigihan sekaligus antusiasme terhadap tujuan jangka panjang. Masa remaja, merupakan, masa yang penuh pergolakan serta tantangan mulai dari perubahan emosi serta perubahan fisik, juga karena adanya tantangan pergaulan sosial, serta tekanan untuk memikirkan pilihan jurusan yang akan mereka tekuni. Keberadaan grit pada diri seseorang akan mampu memprediksikan keberhasilan mereka. Remaja dengan grit selain memberikan jaminan akan pencapaian dalam bidang pendidikan, juga akan membuat mereka memiliki ketahanan sekaligus kemampuan untuk bertahan ketika menghadapi tantangan serta kesulitan, sekaligus membuat mereka tidak terlibat dalam pergaulan yang salah. Keberadaan grit sendiri, selain karena faktor bawaan berupa kemampuan intelegensi, bakat juga dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti pola asuh orangtua serta lingkungan sosial mereka. Salah satu tipe pola asuh yang mendukung keberadaan grit adalah tipe pola asuh yang memberikan teladan, pengertian sekaligus dorongan pada anak. Hal tersebut terwakili dalam strength-based parenting, di mana tipe pola asuh ini adalah orangtua mengenali adanya kekuatan pada diri anak berupa kepribadian, ciri fisik, bakat serta sikap yang positif. Pada akhirnya hal tersebut akan memampukan anak untuk memiliki ketahanan serta kemampuan untuk mengatasi permasalahan mereka. Selain dari keberadaan pola asuh orangtua, remaja membutuhkan lingkungan sosial yang bisa memberikan dukungan bagi mereka. Keberadaan penyedia lingkungan sosial bagi remaja pada umumnya mereka temui di lingkungan sekolah. Di mana sumber pemberi dukungan sosial remaja adalah orangtua, guru, teman sekelas serta teman dekat mereka.
Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah terdapat hubungan antara strength-based parenting dengan grit pada remaja SMA.? Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan grit pada remaja SMA.? Teknik pengambilan data yang digunakan adalah purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan tujuan penulis untuk meneliti remaja SMAK KOSAYU di Malang dengan karakteristik responden yang telah ditentukan pula. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas 10-11. Dari 356 angket yang disebarkan di sekolah tersebut, penelitian ini menggunakan 146 data di mana responden tinggal bersama orangtua. Instrumen yang digunakan untuk mengukur grit adalah Grit-S Scale yang diadaptasi dari Angela Duckworth, terdiri dari 8 item pertanyaan. Strength-based parenting diukur dengan menggunakan instrumen Strength-Based Parenting Child-Teen Survey Scale yang dikembangkan Lea Waters dan terdiri 14 item. Dukungan sosial diukur dengan menggunakan instrumen Child-Adolescents Social Support Scale (selanjutnya akan ditulis sebagai CASSS) yang dikembangkan oleh Christine Kerres Malecki dan Michelle Kilpatrick Demaray 48 item pertanyaan. Analisis data menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis data menggunakan uji Spearman Rank Correlation untuk mengukur korelasi antara strength-based parenting dengan grit dan dukungan sosial dengan grit.
Hipotesis pertama dari penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat strength-based parenting semakin tinggi tingkat grit. Hipotesis kedua adalah semakin tinggi tingkat dukungan sosial, semakin tinggi tingkat grit. Hasil pengolahan data dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 25 memperlihatkan adanya hubungan positif yang signifikan antara strength-based parenting dengan grit dan adanya hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan grit. Dengan demikian, hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua hipotesis dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara strength-based parenting dan dukungan sosial dengan grit di kalangan remaja SMAK KOSAYU di Malang. Semakin tinggi tingkat strength-based parenting, semakin tinggi tingkat grit, dan semakin tinggi tingkat dukungan sosial, semakin tinggi tingkat grit.