Hubungan antara Welas Diri dan Pengharapan dengan Tingkat Depresi Dewasa Awal Semasa Pandemi COVID-19
Abstract
Pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh belahan dunia memiliki dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, di antaranya adalah meningkatnya isu kesehatan mental yang dialami oleh kelompok usia dewasa awal. Tingkat depresi pada dewasa awal dilaporkan mengalami peningkatan yang signifikan semasa pandemi COVID-19 berlangsung. Gejala depresi yang dialami meliputi perasaan bersalah, rasa tidak berharga, dan keputusasaan yang besar yang dapat memengaruhi individu dalam menjalankan tanggung jawab dan fungsi kesehariannya. Dewasa awal yang tengah berjuang mengembangkan identitas diri dan mengeksplorasi arah dan tujuan hidup mendadak dihadapkan dengan disrupsi yang tidak hanya berdampak pada masa sekarang, melainkan dapat berlanjut hingga masa dewasanya. Melihat efek depresi pada kehidupan dewasa awal, peneliti mengaitkannya pada aspek welas diri dan pengharapan yang diperkirakan memiliki hubungan dengan penurunan depresi.
Maka, pertanyaan penelitian berpusat pada ada tidaknya hubungan antara welas diri dan pengharapan dengan tingkat depresi pada dewasa awal semasa pandemi COVID-19. Hipotesis penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi welas diri dan pengharapan, maka semakin rendah tingkat depresi yang dialami individu. Untuk menguji hipotesis dan menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan proses penyebaran kuesioner secara daring. Subjek penelitian adalah dewasa awal dalam rentang usia 18-29 tahun, berkewarganegaraan Indonesia, dan beragama Kristen Protestan. Melalui metode snowball sampling, responden penelitian yang terkumpul sebanyak 324 responden. Selanjutnya, proses analisis dilakukan menggunakan IBM SPSS Statistics 25 dengan penghitungan uji korelasi menggunakan Pearson Correlation Coefficient dan Spearman Correlation Coefficient.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi signifikan dengan hubungan yang bersifat sedang/moderat antara welas diri dan tingkat depresi (r = -0,577) dan antara pengharapan dan tingkat depresi (r = -0,438). Arah negatif di sini menandakan adanya hubungan terbalik yakni semakin tinggi welas diri dan pengharapan, maka semakin rendah tingkat depresi yang dialami individu. Kedua hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian telah terjawab dan dapat diterima. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman akan pentingnya fungsi welas diri dan pengharapan dalam pergumulan individu menghadapi depresi.