Trinitarianisme Sosial bagi Pasca-modernisme: Sebuah Tinjauan terhadap Konsep Trinitarinisme Sosial Stanley J. Grenz
Abstract
Doktrin Trinitas adalah pengajaran utama di dalam kekristenan karena mengajarkan tentang Allah kekristenan yaitu Allah Tritunggal. Pengajaran ini didasarkan atas penyataan diri Allah di dalam Alkitab di mana Allah adalah satu esensi, tiga Pribadi. Namun fakta menunjukkan bahwa doktrin Trinitas merupakan suatu pengajaran yang tidak mudah dipahami baik oleh teolog maupun orang Kristen awam. Dalam pengembangannya, Bapa-bapa gereja secara oikumenikal berusaha mengembangkan doktrin Trinitas dan merumuskannya dengan baik agar tidak menyimpang pada pengajaran-pengajaran sesat yang bertentangan dengan Alkitab.
Salah satu perkembangan doktri Trinitas pada abad ke-20 adalah Trinitarianisme Sosial dari Stanley J, Grenz (TS Grenz). Konsep TS Grenz mempunyai argumentasi utama bahwa Allah adalah Kasih dan Allah tidak lebih dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang saling berelasi sejak kekekalan. Konsep TS Grenz ini banyak dipengaruhi oleh Wolfhart Pannenberg (dosen dari Grenz) yang mana juga mengembangkan konsep Trinitarianisme Sosial. Secara sederhana konsep TS Grenz menjelaskan bahwa Allah Trinitas adalah Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang saling berelasi secara kekal dan merupakan komunitas ilahi. Komunitas ilahi ini merupakan contoh bagi orang percaya dalam berkomunitas.
Tujuan dari penulisan ini adalah meninjau pemikiran dari konsep TS Grenz berdasarkan parameter yang dihasilkan oleh Bapa-bapa gereja secara oikumenikal terutama pada abad keempat. Hipotesis dari penulisan ini adalah bahwa konsep TS Grenz merupakan konsep Trinitas yang tidak bertentangan dengan parameter-parameter Bapa-bapa gereja secara oikumenikal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang berfokus pada pemikiran Bapa-bapa gereja secara oikumenikal pada abad ke-4 dan sumber-sumber yang berkaitan dengan konsep TS Grenz.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep TS Grenz bertentangan dengan parameter-parameter Bapa-bapa gereja secara oikumenikal dalam beberapa aspek. Konsep TS Grenz mengadopsi pemikiran-pemikiran seperti dari Pannenberg dan Hegel, yang cenderung mereduksi Allah ke dalam dunia dan tidak sesuai dengan penyataan Allah di dalam Alkitab. Maka dari itu orang percaya harus berhati-hati dalam memahami doktrin Trinitas (apapun pendekatannya) dan menjadikan Alkitab dan pemikiran Bapa-bapa gereja secara oikumenikal sebagai acuan utama dan peringatan agar tidak menyimpang pada pengajaran-pengajaran sesat.