Tinjauan Terhadap Adat Mangongkal Holi Di Suku Batak Toba Dilihat dari Perspektif Alkitab Mengenai Kehidupan Setelah Kematian.
Abstract
Upacara adat mangongkal holi di suku Batak Toba memperlihatkan kepercayaan kuno suku Batak Toba mengenai kematian dan kehidupan orang mati, setelah kematiannya. Dalam kepercayaan kuno suku Batak Toba, kematian dipahami sebagai perpindahan roh orang mati ke alam leluhur. Setelah kematiannya, roh orang mati akan mengembara di dunia dan mendapat perhentian di alam leluhur, apabila tulang belulangnya dipindahkan ke kuburan tugu. Ritual pemindahan tulang belulang ini juga bisa mengangkat roh leluhur menjadi bapa leluhur yang sakti (sumangot ni ompu), yang dipercaya memiliki kesaktian untuk memberkati dan melindungi hidup keturunannya. Keberadaan roh leluhur sangat bergantung pada pemujaan keturunannya. Jika keturunannya tidak melakukan pemujaan kepada rohnya maka ia akan lenyap dan musnah. Selain itu, roh leluhur juga dipercaya dapat berhubungan dengan keturunannya melalui perantaraan sibaso hasandaran atau wanita pemanggil arwah.
Kepercayaan kuno suku Batak Toba mengenai kematian dan kehidupan orang mati, setelah kematiannya sangat berbeda dengan ajaran Alkitab. Alkitab menjelaskan manusia mengalami kematian sebagai akibat dan hukuman dosa. Kematian yang dialami manusia bukan sekedar kematian fisik melainkan juga kematian spiritual dan hukuman kekal. Setelah kematian fisik, manusia ada di dunia orang mati sambil menantikan kebangkitan tubuh mereka dan hari penghukuman. Selama itu, orang mati tidak dapat berhubungan dengan orang hidup. Jikalau ada orang hidup yang bisa berhubungan dengan orang mati maka ia terlibat pekerjaan iblis. Keadaan akhir dari jiwa orang percaya, setelah kematiannya adalah kebangkitan tubuh. Kebangkitan tubuh menjadi puncak karya keselamatan Allah atas hidup orang percaya. Orang percaya mengalami kemenangan atas kuasa maut dan hidup di dalam persekutuan dengan Allah di dalam kekekalan.
Mayoritas suku Batak Toba adalah penganut agama Kristen. Jika orang Batak Toba yang sudah percaya masih hidup dalam kepercayaan kuno nenek moyang mereka maka iman dan pengharapan mereka akan menjadi sia-sia. Orang Batak Toba yang sudah percaya seharusnya melihat kematian mereka sebagai sebuah perjalanan menuju kepada kekekalan, yang akan membawa mereka kepada Allah atau keterpisahan kekal dengan Allah.