Tinjauan Konsep Imago Dei dan Implikasinya terhadap Pemecahan Stigma Buruk Perempuan yang Bercerai
Abstract
Tulisan ini meneliti tentang stigma buruk terhadap perempuan yang bercerai khususnya di Asia. Meskipun daerah-daerah Asia memiliki berbagai budaya, namun sebagai besar memiliki persamaan, yaitu adanya stigma buruk terhadap perempuan yang bercerai. Stigma ini sendiri berakar dari kompleksitas yang beragam. Dalam tulisan ini penulis meneliti beberapa faktor yang menjadi akar dari stigma terhadap perempuan yang bercerai, di antaranya adalah standar ganda terhadap perempuan dan budaya shame and honor di Asia.
Dalam menanggapi stigma ini, penulis berhipotesa bahwa konsep Imago Dei dapat menjadi landasan dasar untuk memecah stigma yang ada. Konsep ini menjadi dasar dari identitas manusia terlepas dari suka, ras, dan agama. Dalam meneliti konsep ini penulis menjelaskan beberapa topik yang lebih spesifik seperti kaitan kejatuhan manusia dalam dosa, perdebatan identitas laki-laki dan perempuan sebagai Imago Dei, serta Kristus sebagai Imago Dei sejati.
Pada akhir dari penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa berbeda dengan narasi budaya dan stigma yang melihat perempuan yang bercerai lebih rendah, perempuan yang bercerai adalah Imago Dei yang patut mendapatkan perlakukan yang layak dan setara dengan manusia lain. Narasi demikian yang juga dibawa oleh Kristus ke dalam dunia haruslah masuk ke dalam budaya-budaya. Untuk mencapai tujuan yang demikian, penulis juga menyertakan saran-saran praktis yang dapat dilakukan oleh individu maupun gereja.