Model Family-Equipping Ministry dan Implikasinya terhadap Peran Gereja untuk Memperlengkapi Orang tua dalam Memuridkan Generasi Muda
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengingatkan kembali tanggung jawab orang tua dan gereja dalam pembinaan kerohanian generasi muda. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, didapati sebuah hasil bahwa absennya peran gereja dan keluarga dalam pembinaan kerohanian generasi muda telah menyebabkan sebuah masalah yang mengakibatkan generasi muda masa kini mengidap spiritualitas Moralistic Therapeutic Deism (MTD). Terdapat suatu kebutuhan untuk membukakan wawasan gereja dan memperlengkapi orang tua melalui penerapan sebuah model pelayanan yang tepat. Maka dari itu, diperlukan sebuah model pelayanan yang dapat membantu gereja dan orang tua untuk melakukan peran dan tanggung jawabnya dalam pembinaan kerohanian generasi muda.
Melalui studi literatur yang digunakan untuk menganalisa model “Family Equipping Ministry” secara historis dan teologis, penulis melihat bahwa model ini menjadi sebuah solusi yang baik dalam mengatasi permasalahan yang ada. Model “Family Equipping Ministry” tetap mempertahankan beberapa pelayanan berdasarkan pembagian umur (age-organized ministries), tetapi menyusun ulang jemaat untuk bekerja sama dengan orang tua dalam setiap tingkat pelayanan sehingga orang tua diakui; diperlengkapi; dan bertanggung jawab atas pemuridan anak-anak mereka. Dua hal penting yang dilakukan oleh model ini adalah, mengikutsertakan dan memperlengkapi orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam proses memuridkan anak mereka, serta bekerja sama dengan orang tua untuk mengembangkan sebuah rencana yang pasti untuk pembentukan iman anak-anak mereka. Dengan demikian, ketika model pelayanan “Family Equipping Ministry” telah diimplementasikan dengan baik dalam sebuah kehidupan gereja, para orang tua akan menyadari dan melakukan tanggung jawab mereka sebagai penanggung jawab utama dalam pemuridan anak mereka, dan gereja pun dapat melakukan perannya sebagai mitra serta bekerja sama dengan orang tua dalam membina spiritualitas anak muda. Dengan demikian, model ini dapat menjadi solusi dari permasalahan absennya peran gereja dan keluarga dalam pembinaan kerohanian generasi muda.