Hubungan Tingkat Religiositas dan Tingkat Depresi dengan Penghargaan Diri pada Warga Kristiani di Australia Selatan
Abstract
Perpindahan orang Indonesia ke Australia Selatan tentu membawa banyak perubahan dalam kehidupannya, terutama berkaitan dengan proses adaptasi terhadap budaya Barat. Perubahan tersebut dapat menentukan penghargaan dirinya seiring pengalaman hidup dalam berelasi dengan diri dan lingkungan yang baru. Pengalaman hidup sebagai orang Indonesia yang beradaptasi dengan budaya Barat akan menghadapi tantangan baru dan berbagai tekanan hidup yang menyebabkan depresi dan berdampak terhadap penghargaan dirinya. Penelitian ini berfokus secara khusus pada komunitas kristiani Indonesia di Australia Selatan. Tujuan penelitian adalah untuk menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara tingkat religiositas dengan penghargaan diri pada warga kristiani di Australia Selatan? Apakah terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan penghargaan diri pada warga kristiani di Australia Selatan?
Hipotesis pertama adalah terdapat hubungan positif antara tingkat religiositas dengan penghargaan diri pada warga kristiani Indonesia di Australia Selatan. Semakin tinggi tingkat religiositas, semakin tinggi pula penghargaan diri. Semakin rendah tingkat religiositas, semakin rendah pula penghargaan diri. Kedua, terdapat hubungan negatif antara tingkat depresi dengan penghargaan diri pada warga kristiani Indonesia di Australia Selatan. Semakin tinggi tingkat depresi, semakin rendah pula penghargaan diri. Semakin rendah tingkat depresi, semakin tinggi pula penghargaan diri.
Untuk menemukan jawaban atas permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan uji hipotesis Spearman’s rho yang mengukur korelasi antara tingkat religiositas dan tingkat depresi dengan penghargaan diri. Teknik sampling adalah nonprobability purposive sampling, artinya penilaian dan upaya cermat dilakukan untuk memperoleh sampel yang mempresentasikan wilayah Australia Selatan dan responden hanya memiliki kesempatan sekali untuk mengisi kuesioner sesuai kriteria sebagai berikut: Berdomisili di Australia Selatan, berusia 18 tahun ke atas, memiliki pendidikan diploma hingga doktor (S3) dan jenis pekerjaan sebagai mahasiswa, karyawan, wirausaha atau pensiun.
Partisipan penelitian berjumlah 120 responden, yang terdiri dari warga jemaat dari Christian Fellowship of Adelaide, GPDI Philadelphia, Bethel International Church, GLOW Centre (Gilbert Lumoindong Fellowship Centre) dan Keluarga Katolik Indonesia Adelaide. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang ada, antara lain: Centrality of Religiosity Scale (CRS) untuk mengukur tingkat religiositas, Beck Depression Inventory (BDI) untuk mengukur tingkat depresi, dan Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI) untuk mengukur penghargaan diri.
Hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat religiositas dan penghargaan diri pada warga kristiani Indonesia di Australia Selatan. Dengan demikian hipotesis pertama ditolak. Hasil kedua ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tingkat depresi dengan penghargaan diri pada warga Kristiani Indonesia di Australia Selatan. Semakin tinggi tingkat depresi, semakin rendah penghargaan diri. Sebaliknya, semakin rendah tingkat depresi, semakin tinggi penghargaan diri. Dengan demikian hipotesis kedua diterima.
Akhir kata, peneliti memberikan saran bagi penelitian selanjutnya untuk melibatkan komunitas agama lain mengingat jumlah orang kristiani Indonesia tidak besar dan menggunakan variabel kontrol, seperi adaptasi budaya yang mencakup demografis, komunikasi dalam bahasa asing, usia datang ke Australia, latar belakang suku, atau variabel status sosial-ekonomi, jenis kelamin, pendidikan, maupun pekerjaan. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda atau metode campuran melalui metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih tepat dan komprehensif terhadap permasalahan yang ada.
Implikasi terhadap hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman baru bagi orang Kristen di Australia Selatan bahwa penghargaan diri yang positif diperoleh dari penilaian diri dan lingkungan berdasarkan pengenalan yang benar di dalam Tuhan Yesus Kristus. Ia dapat menerima keberhasilan dan kegagalan atau kelebihan dan kekurangannya sebagai manusia berdosa yang memerlukan kasih karunia Allah melalui penebusan Kristus yang memulihkan gambar rupa-Nya yang rusak. Kebutuhan penghargaan diri ditentukan dalam kepenuhannya di dalam Kristus sebagai ciptaan baru. Kehadiran gereja diharapkan dapat menyediakan pelayanan konseling pastoral untuk menolong warga jemaat dalam memenuhi kebutuhan penghargaan dirinya melalui perspektif kebenaran Tuhan dengan penerimaan diri dalam segala keberadaannya sebagai umat yang berharga dan memiliki pengharapan di dalam Kristus, sehingga ia dimampukan untuk menghadapi depresi dan berbagai tekanan di dalam hidupnya.