Metode Pengembangan Ibadah Di Gepembri Pekalongan Berdasarkan Eksposisi Mazmur 96 Dan Implikasinya Terhadap Jemaat Gepembri Pekalongan
Abstract
Ibadah hari Minggu adalah ibadah yang secara rutin dijalankan di gereja. Oleh sebab itu, Gepembri Pekalongan adalah salah satu gereja yang mengadakan ibadah hari Mnggu secara rutin. Gepembri Pekalongan menggunakan susunan liturgi untuk menjalankan ibadah mereka setiap Mnggu dan susunan liturgi tersebut berasal dari sinode Gepembri. Susunan liturgi tersebut dibuat pertama kali oleh Pdt. John Zachariah. Beliau adalah tokoh yang memberikan ciri khas dari liturgi Gepembri yaitu mengawali ibadah dengan “Suci, Suci, Suci.” Melalui hal ini, Pdt John Zachariah mengerti benar bahwa ibadah adalah untuk memuliakan Tuhan yang kudus. Seiring berjalannya zaman, pemahaman kekudusan Allah dari beliau memudar, khususnya di Gepembri Pekalongan. Jemaat tidak lagi memaknai ibadah sebagai waktu mereka memuliakan Tuhan yang kudus. Hal ini terlihat dari sikap jemaat yang tidak disiplin dalam beribadah, misalnya keterlambatan. Selain memudarnya disiplin dalam beribadah, ibadah hanya berjalan seadanya. Bahkan menurut survei, jemaat masih banyak yang tidak membagikan berita kekudusan Allah kepada orang di sekitar mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi agar menjadikan jemaat Gepembri Pekalongan merespons kekudusan Allah sehingga berdampak terhadap lingkungan sekitar mereka untuk memenuhi Amanat Agung yang Allah perintahkan melalui ibadah.Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini maka penulis menggunakan metode kepustakaan dalam meneliti sejarah liturgi Gepembri serta secara umum dan mengetahui latar belakang pembuatan liturgi ibadah. Kemudian penulis menggunakan metode eksposisi untuk mengupas Mazmur 96 sebagai dasar penulis untuk memberikan gambaran ibadah yang dikehendaki Tuhan.
Menurut sejarah dari liturgi, baik Gepembri maupun liturgi zaman ke zaman, keduanya sama-sama memberikan yang terbaik agar liturgi yang disusun dapat membuat jemaat memecahkan “kode teologi” dalam liturgi tersebut. Bahkan makna dari kata “liturgi” juga bersifat aktif bukan pasif. Dalam Mazmur 96, pemazmur juga mengajak bangsa Israel secara aktif menceritakan kemuliaan Allah kepada segala ciptaan-Nya, termasuk bangsa-bangsa yang tidak mengenalYHWH. Oleh sebab itu, penulis merancang ibadah liturgi yang membuat jemaat memecahkan “kode teologi” agar tujuan dari ibadah dapat tercapai.