Signifikansi Teori Aspek Verbal terhadap Penggunaan Kala pada Verba Imperatif dalam Surat Yakobus dan Implikasinya bagi Penerjemahan Alkitab.
Abstract
Pemahaman terhadap makna verba dalam bahasa Yunani merupakan salah satu area diskusi yang masih belum mencapai titik kesepakatan. Salah satu pandangan yang menjadi standar pada masa kini adalah teori aspek verbal. Teori ini menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang ada pada pandangan tradisional, yang cenderung untuk memahami makna verba yang terkandung pada kala yang digunakannya dalam aspek temporalitas maupun jenis tindakan secara objektif.
Namun demikian, masih terdapat beberapa area seputar teori aspek verbal yang masih harus diselesaikan. Salah satunya adalah subjektivitas seorang penulis dalam menggunakan sebuah kala. Misalnya, Benjamin L. Merkle memaparkan bahwa terdapat faktor-faktor lain, terutama leksikal, ketika seorang penulis menggunakan kala tertentu. Pandangan ini berlawanan dengan Stanley E. Porter yang menyatakan bahwa aspek bersifat subjektif, bergantung pada pilihan seorang penulis.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis sejauh mana signifikansi penggunaan kala terhadap makna aspektual sebuah verba, sebagaimana yang terdapat dalam teori aspek verbal. Untuk melengkapi masih sedikitnya penelitian seputar teori aspek verbal pada modus nonindikatif, maka penelitian ini difokuskan pada modus imperatif. Korpus yang digunakan adalah surat Yakobus, yang memiliki frekuensi kemunculan imperatif yang besar.
Penulis mengunakan pendekatan Constantine R. Campbell untuk menganalisis verba-verba imperatif dalam surat Yakobus secara aspektual. Hasilnya, terdapat faktor-faktor yang secara kuat memengaruhi Yakobus dalam menggunakan sebuah kala, baik itu faktor leksikal maupun gramatikal. Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa aspek merupakan makna semantik dan Aktionsart merupakan implikatur pragmatik yang paling kuat dari pengunaan kala pada verba imperatif.
Sebagai makna semantik, signifikansi aspek sangat besar, bahkan masih terdapat pada verba-verba imperatif yang secara wajar akan muncul dengan kala tertentu karena adanya faktor-faktor pengaruh tersebut. Hasil penelitian ini juga memiliki implikasi bagi penerjemahan, terutama dalam menambahkan kata-kata bantu untuk menyatakan makna verba imperatif dengan lebih tepat. Namun demikian, pendekatan penerjemahan ini tetap harus memperhatikan terjemahan yang wajar.