Hubungan Antara Relasi Ayah–Anak dengan Keintiman Pernikahan pada Pria Dewasa Awal.
Abstract
Keintiman pria dengan pasangan cenderung rentan dan membuat relasi pernikahan menjadi rusak hingga berakhir dengan perceraian. Penyebab utama perceraian di Indonesia semakin meningkat didominasi dengan alasan perselisihan suami istri dan perselingkuhan suami yang merusak keintiman pernikahan. Masalah keintiman pria terhadap pasangannya tersebut bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang dapat memberikan dampak bagi keintiman pernikahan adalah pengalaman masa lalu, yang kemungkinan merujuk pada relasi dengan orang tua. Peran orang tua yang penting mengalami masalah kompleks dengan semakin bertambahnya ketidakhadiran ayah dalam keluarga. Oleh sebab itu faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah relasi dengan ayah yang diduga memiliki hubungan dengan keintiman pernikahan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah ada hubungan antara relasi ayah–anak dengan keintiman pernikahan pada pria dewasa awal? Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara relasi ayah-anak dengan keintiman pernikahan pada pria dewasa awal.
Melalui purposive sampling, peserta dipilih berdasarkan tujuan dan kriteria yang ditentukan, yaitu pria dewasa awal yang berusia 20–40 tahun, sudah menikah dengan usia pernikahan antara 1–10 tahun, pernikahan yang pertama, berdomisili di Jakarta. Data penelitian yang didapat setelah dilakukan sortir data adalah 102 orang.
Instrumen yang digunakan adalah Perception of Parents Scale (POPS) untuk mengukur relasi ayah–anak dan Miller Social Intimacy Scale (MSIS) untuk mengukur keintiman pernikahan. Penelitian kuantitatif ini menggunakan teknik analisis data Spearman Rank Correlation untuk mengukur korelasi antara relasi ayah–anak dengan keintiman pernikahan pada pria dewasa awal.
Hasil pengolahan data menunjukkan tidak ada hubungan antara relasi ayah–anak dengan keintiman pernikahan pada pria dewasa awal. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: relasi dengan ibu yang lebih berpengaruh, ketidakhadiran ayah digantikan oleh pihak ketiga seperti kakek, nenek, saudara kandung, penerimaan teman sebaya, guru, variasi kebudayaan, karakter individu, keintiman dengan Tuhan yang semakin matang.