Hubungan Antara Pengalaman Kekerasan Masa Lalu dan Komunikasi Suami Istri dengan Kepuasan Pernikahan pada Istri
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah terdapat hubungan antara pengalaman kekerasan masa lalu dengan kepuasan pernikahan pada istri? Apakah terdapat hubungan antara komunikasi suami-istri dengan kepuasan pernikahan pada istri? Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling dan teknik analisis data menggunakan Spearman Rank Coefficient. Subjek penelitian ini yaitu 198 istri yang telah menikah dan berada dalam status pernikahan aktif, artinya bukan janda karena bercerai atau suami telah meninggal. Para istri ini berada dalam batasan usia maksimal 55 tahun dan berjemaat di 6 gereja injili di kota Malang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengalaman kekerasan masa lalu disusun oleh penulis sendiri yang terdiri dari 36 item valid dengan tingkat reliabilitas sebesar 0.937. Instrumen yang digunakan untuk mengukur komunikasi dalam pernikahan adalah Primary Communication Inventory (PCI) disusun oleh H.J. Locke, F. Sabaght, dan Mary. M. Thomas, dan dimodifikasi oleh L. Navran pada tahun 1967. Pertanyaan yang ada dalam inventori ini sebanyak 25 item. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kepuasan pernikahan ialah Couple Satisfaction Index (CSI) yang disusun oleh Janette L. Funk and Ronald D. Rogge pada tahun 2007, dan terdiri dari 32 item. Kedua instrumen di atas, yakni PCI dan CSI diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan telah divalidasi oleh 10 istri di Persekutuan Priskila. Hasil pengolahan data yang menggunakan program statistik SPSS memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara pengalaman kekerasan masa lalu dengan kepuasan pernikahan pada istri. Selain itu, hasil pengolahan data juga memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi suami-istri dengan kepuasan pernikahan. Dengan demikian, hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua hipotesis penelitian diterima.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengalaman kekerasan masa lalu dengan kepuasan pernikahan. Semakin tinggi pengalaman kekerasan masa lalu semakin rendah tingkat kepuasan pernikahan pada istri, sebaliknya semakin rendah pengalaman kekerasan masa lalu semakin tinggi kepuasan pernikahan pada istri. Demikian juga, terdapat hubungan antara komunikasi suami istri dengan kepuasan pernikahan. Semakin baik komunikasi suami istri semakin tinggi kepuasan pernikahan pada istri, sebaliknya semakin buruk komunikasi suami istri semakin rendah kepuasan pernikahan pada istri.