Hubungan Antara Penyelesaian Masalah Secara Religius dan Kompetensi Komunikasi Interpersonal dengan Kepuasan Pernikahan Kristen Pada Istri.
Abstract
Sebuah studi menemukan bahwa terdapat hubungan antara hal-hal yang bersifat religius dan keterampilan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan. Sebaliknya, minimnya kedua hal ini seringkali menimbulkan perasaan sedih, marahatau kecewa yang membuat keduanya menjalani pernikahan dengan perasaan berat dan berujung pada ketidakpuasan akan relasi pernikahan tersebut.
Penelitian ini memiliki pertanyaan penelitian: Apakah terdapat hubungan antara penyelesaian masalah secara religius (dengan pendekatan collaborative, deffering, dan self-directing) dan kompetensi komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan Kristen pada istri? Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara penyelesaian masalah secara religius (dengan pendekatancollaborative, deffering, dan self-directing) dan kompetensi komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan Kristen pada istri.
Sampel dipilih dengan menggunakan convenience sampling, berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan yaitu istri yang beragama Kristen dan bersuamikan Kristen, yang berjumlah 36 orang.
Instrumen yang digunakan adalah Religious Problem Solving Scale, instrumen kedua adalah Conversational Appropriateness and Effectiveness Scale, dan instrumen ketiga adalah Index of Marital Satisfaction.Penelitian kuantitatif ini menggunakan teknik analisis data korelasiPearsonProduct Moment.
Hasil pengolahan data menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penyelesaian masalah secara religius (dengan pendekatan collaborative, deferring, danself-directing)dengan kepuasan pernikahan Kristen pada istri, dan terdapat hubungan antara kompetensi komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan Kristen pada istri. Dengan demikian, hipotesis pertama ditolak, sementara hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima.
Hal tersebut diasumsikandisebabkan oleh beberapa hal, yaitu: karakteristik dan jumlah partisipan, natur manusia berdosa yang membuat seseorang cenderung berorientasi pada diri sendiri, kurangnya pemahaman yang benar akan hal-hal yang terkait religiusitas, penyelesaian konflik yang kurang efektif, metode penyampaian penyelesaian masalah baik secara verbal maupun nonverbal, dan akhirnya hal-hal tersebut tidak terlepas dari relasi kedua pasangan, khususnya istri, dengan Allah yang berdampak pada perspektif keduanya mengenai kepuasan pernikahan.