Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Penghargaan Diri dengan Lokus Kontrol Internal Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia SAAT Malang
Abstract
Penulis tertarik dengan topik ini, karena dalam pengalaman konseling banyak mahasiswa bergumul dengan lokus kontrolnya yang sangat berdampak terhadap pergumulan pribadinya, relasinya dengan sesama, maupun relasinya dengan Tuhan. Setiap manusia perlu mempunyai lokus kontrol yang tepat, karena kontrol itu yang akan mengarahkannya pada perilaku yang benar. Lokus kontrol akan berkembang sejak awal kehidupannya sebagai hasil sosialisasinya dengan orang di sekitarnya. Keterlibatan orang tua dalam pola pengasuhannya selama lima belas tahun pertama kehidupan seorang anak akan sangat mempengaruhi pembentukan lokus kontrolnya. Orang tua yang responsif, memberikan tanggapan dan tuntutan yang seimbang, akan sangat membentuk lokus kontrol internal seorang anak. Demikian halnya dengan penghargaan diri, merupakan suatu komponen kepribadian yang berkembang semenjak awal kehidupan anak sampai proses ia dewasa, yang dipengaruhi terutama oleh pengasuhan orang tua. Penghargaan diri yang tinggi akan membuat ia yakin bahwa kontrol ada dalam dirinya, demikian juga sebaliknya. Seseorang yang memiliki lokus kontrol internal, biasanya lebih mampu bertanggungjawab atas tindakan dan keputusan yang diambilnya, karena itu mereka mampu mengontrol dirinya, memandang dirinya lebih positif, sadar akan kelebihan yang dimilikinya, dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi atau penilaian negatif dari luar dirinya.
Berdasarkan tinjauan teoritis tersebut maka peneliti mengemukakan dua hipotesis. Pertama, terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan lokus kontrol internal mahasiswa. Kedua, terdapat hubungan antara penghargaan diri dengan lokus kontrol internal mahasiswa. Variabel penelitian adalah pola asuh orang tua dan penghargaan diri (variabel bebas), serta lokus kontrol mahasiswa (variabel terikat). Penelitian kuantitatif korelasional ini meneliti 48 mahasiswa STT SAAT Malang, dengan menggunakan alat ukur EMBU Scale (The Egna Minnen Betraffande Uppfostran Scale) untuk mengukur pola asuh orang tua, Self Esteem Scale untuk mengukur penghargaan diri, dan IPC-Locus of Control Scale untuk mengukur lokus kontrol internal. Hasil yang diperoleh adalah tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan lokus kontrol internal, namun ada hubungan antara penghargaan diri dengan lokus kontrol internal. Dengan demikian, hasil analisis data menunjukkan bahwa hanya satu hipotesis dalam penelitian ini yang diterima, yaitu terdapat hubungan antara penghargaan diri dengan lokus kontrol mahasiswa STT Saat Malang.