Hubungan antara Pola Komunikasi dalam Keluarga Berorientasi Konsep dan Lokus Kontrol Internal dengan Depresi pada Siswa sebuah SMP Kristen di Malang
Abstract
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang membutuhkan dukungan, pengertian dan kesabaran orang tua sehingga remaja tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan mandiri. Untuk itu dibutuhkan pola komunikasi yang tidak menghakimi, tetapi memberi kesempatan bagi remaja untuk mengembangkan pola berpikirnya, keterampilan sosialnya dan kemandiriannya. Selain itu, remaja perlu dilatih kemampuannya untuk memecahkan masalah dan belajar bertanggung jawab. Dengan demikian, remaja akan memiliki lokus kontrol internal dan terhindar dari masalah psikis terutama depresi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjawab: Apakah terdapat hubungan antara depresi remaja dengan pola komunikasi dalam keluarga berorientasi konsep? Apakah terdapat hubungan antara depresi remaja dengan lokus kontrol internal? Pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel aksidental.
Subjek penelitian ini adalah murid-murid dari kelas 7 dan 8 pada sebuah SMP Kristen di Malang, Jawa Timur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari skala Family Communication Pattern Typology yang disusun oleh Steven H. Chaffee, Jack M. McLeod dan Daniel B. Wackman untuk mengukur pola komunikasi dalam keluarga. Skala Stephen Nowicki dan Bonni R. Strickland (skala N-SLCS) dipakai untuk mengukur lokus kontrol pada remaja. Skala depresi yang disusun oleh Peter Birleson dipakai untuk mengukur depresi pada remaja.
Analisis data menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis data menggunakan uji Spearman Rank Correlation untuk mengukur hubungan antara depresi remaja dengan pola komunikasi dalam keluarga dan antara depresi remaja dengan lokus kontrol. Hipotesis pertama dari penelitian ini adalah semakin komunikasi keluarga berorientasi konsep, maka semakin rendah pula tingkat depresi remaja. Hipotesis kedua adalah semakin remaja memiliki lokus kontrol internal, maka semakin rendah pula tingkat depresinya.
Hasil pengolahan data dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 21 memperlihatkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara pola komunikasi dalam keluarga berorientasi konsep dengan tingkat depresi remaja (r = -0,264, p < 0,05) dan lokus kontrol internal dengan tingkat depresi remaja (r = -0,360, p < 0,01). Dengan demikian, hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola komunikasi dalam keluarga berorientasi konsep dengan depresi remaja dan lokus kontrol internal dengan depresi remaja. Semakin komunikasi keluarga berorientasi konsep, maka semakin rendah pula tingkat depresi remaja. Semakin remaja memiliki lokus kontrol internal, maka semakin rendah pula tingkat depresinya.