Hubungan antara Relasi Remaja-Orang tua dengan Relasi Remaja-Teman Sebaya Ditinjau dari Jenis Kelaminnya
Abstract
Relasi remaja-orang tua merupakan kondisi yang paling penting dalam penyesuaian remaja baik secara pribadi maupun sosial. Relasi ini menjadi dasar bagi anak untuk membentuk relasi atau dengan teman-teman sebaya. Bila relasi ini berjalan baik maka ketika beranjak remaja, mereka akan lebih mampu menjalin relasi yang baik dengan teman sebaya. Selain relasi dengan orang tua, pola relasi remaja juga dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Perbedaan-perbedaan tersebut seperti perilaku, kebutuhan, kepribadian, komunikasi, dan perlakuan orang tua yang menyebabkan pola relasi persahabatan remaja laki-laki memiliki dinamika yang berbeda dengan remaja perempuan.
Berdasarkan tinjauan teoritis tersebut maka peneliti mengemukakan dua hipotesis. Pertama, terdapat hubungan antara relasi remaja dengan orang tua dan relasi remaja dengan teman sebaya. Kedua, ada perbedaan jenis kelamin dalam pola relasi dengan teman sebaya. Variabel penelitian adalah relasi remaja-orang tua dan jenis kelamin (variabel bebas), serta relasi remaja-teman sebaya (variabel terikat). Subjek penelitian adalah 94 siswa SMA SKKK di Malang.
Alat ukur yang digunakan adalah skala IFR (Index of Family Relations) untuk mengukur relasi remaja dengan orang tua dan skala IPR (Index of Peer Relations) untuk mengukur relasi remaja dengan teman sebaya. Teknik analisis data untuk pengolahan data relasi remaja-orangtua dengan relasi remaja-teman sebaya menggunakan teknik korelasi Bivariate/Product Moment Pearson. Sedangkan untuk membandingkan perbedaan jenis kelamin menggunakan Independent Samples t-test.
Penghitungan data menggunakan program statistik SPSS 10.01. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara relasi remaja-orang tua dengan relasi remaja-teman sebaya. Demikian pula, ditemukan perbedaan yang signifikan antara relasi teman sebaya remaja laki-laki dengan remaja perempuan. Dengan demikian, kedua hipotesis ini dapat diterima.
Saran yang diberikan penulis kepada kalangan akademisi adalah melakukan penelitian jangka panjang/longitudinal sebagai kelanjutan dari penelitian ini. Penelitian tersebut dapat meneliti relasi remaja dengan teman sebaya dalam kaitannya dengan dampak positif maupun negatif yang timbul sewaktu mereka menjadi dewasa. Penelitian ini bisa dikaitkan dengan kehidupan pertumbuhan kerohanian mereka, sikap mereka dalam pelayanan di gereja, ketahanan atau kesehatan mental, karier atau kehidupan finansial, dan lain-lain.