Ketimpangan Pengajaran Peranan Allah Tritunggal Dalam Doa Orang Kristen Masa Kini Diperbandingkan Dengan Pengajaran Peranan Allah Tritunggal Pada Doa Yohanes Calvin
Abstract
Doktrin Allah Tritunggal merupakan doktrin esensial dalam kekristenan, sedangkan doa merupakan salah satu bentuk spiritualitas utama bagi orang Kristen. Namun, kedua hal tersebut tidak terintegrasikan satu dengan yang lain, karena orang- orang percaya tidak memahami secara utuh dan komprehensif tentang doktrin tersebut. Padahal, pengetahuan yang benar mutlak diperlukan untuk membangun spiritualitas yang benar. Penyebabnya adalah literatur doa masa kini tidak memberikan pengajaran yang utuh tentang doktrin tersebut, juga adanya ketimpangan pengajaran dalam sejarah teologi. Karena itu, pengajaran Calvin mengenai peranan Allah Tritunggal dalm doa menjadi standar pengajaran yang baik untuk diaplikasikan dalam kehidupan doa orang Kristen.
Sejarah teologi menunjukkan penyimpangan pengajaran dari beberapa teolog mengenai Allah Tritunggal yang terlalu berpusat pada salah satu pribadi, sehingga menghasilkan kehidupan doa yang timpang. Demikian juga dari literatur-literatur doa yang hanya memberikan pemahaman tentang kaitan doa dengan Allah secara umum.
Teologi Calvin mengenai doa menjabarkan secara utuh peranan dari pribadi Allah Tritunggal. la mendasarkannya pada analisis eksegetikal Alkitab yang cermat sehingga teologi yang dibangun dapat dipertanggungjawabkan. Teologinya juga patut menjadi patokan karena telah dipraktikkan secara nyata dalam kehidupan doa pribadinya.
Setelah melakukan perbandingan antara ketimpangan pengajaran tentang peranan Allah Tritunggal dengan teologi doa Calvin, maka integrasi yang seharusnya terjadi adalah Allah Tritunggal menjadi dasar doa dari orang-orang percaya. Ketiga pribadi itu bekerja bersama untuk memampukan mereka menaikkan doa yang benar dan berkenan kepada Allah yang benar. Doa mereka juga harus ditujukan kepada Allah Tritunggal, bukan hanya berpusat kepada salah satu pribadi saja, karena ketiganya adalah pribadi yang berbeda namun memiliki esensi dan natur ilahi yang sama.
Sikap gereja dalam mengatasi ketimpangan tersebut adalah memberikan pengajaran yang utuh dan komprehensif mengenai Allah Tritunggal secara umum, kemudian diintegrasikan dalam kehidupan doa sebagai topik yang lebih spesifik. Hal itu dapat dimulai dengan menyusun dan menjalankan program dalam satu jangka waktu tertentu dengan merujuk kepada tema tersebut.