Signifikansi Tanda dan Mukjizat Bagi Jemaat Mula-Mula dan Implikasinya Terhadap Pandangan Cessasionis Tentang Fenomena Kemukjizatan Masa Kini
Abstract
Salah satu penyataan kuasa Allah kepada umat manusia dari zaman ke zaman dilakukan melalui berbagai tanda dan mukjizat. Sejak zaman PL, Allah berkarya lewat para nabi bahkan Allah secara langsung menyatakannya. Sampai pada zaman PB, kuasa supranatural ilahi dinyatakan di dalam pelayanan Yesus Kristus dan dilanjutkan oleh para murid Kristus. Ini menunjukkan suatu kesinambungan dari pekerjaan Allah di dalam memelihara kehidupan umat-Nya. Penyataan ini hendak menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan atas segala ciptaan-Nya, termasuk manusia. <br>Kesinambungan fenomena-fenomena supranatural dalam PL dapat dilihat dalam beberapa periode, yaitu: pertama, periode Keluaran (Musa), yaitu penebusan umat Israel dari tanah Mesir sampai bangsa Israel memasuki tanah Kanaan; kedua, periode Elia dan Elisa, di mana periode ini hendak membuktikan siapakah Allah yang sejati, antara Allah Yahweh dan para Baal; dan ketiga, periode pembuangan, di sini Allah membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang berkuasa atas para ilah yang disembah oleh bangsa kafir, khususnya pada zaman Daniel dan kawan-kawannya. <br>Dalam PB, penyataan kuasa tanda dan mukjizat tidak dapat dipisahkan dari pelayanan Kristus. Injil Sinoptik dan Yohanes mencatat perbuatan-perbuatan ajaib dari Tuhan Yesus Kristus untuk menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan. Pola ini terus dipraktikkan oleh murid-murid-Nya dalam pekerjaan pemberitaan injil. Hasilnya, banyak orang yang menjadi percaya dan menjadi pengikut Kristus, sehingga terbentuk suatu komunitas yang beribadah kepada Tuhan, yaitu jemaat mula-mula. Pencurahan Roh Kudus pasca kenaikan Kristus menjadi sebuah titik tolak kebangkitan dan berkembangnya jemaat ini, di tengah tantangan dunia yang melanda umat Tuhan. <br>Berbagai tanda dan mukjizat cukup memiliki peranan dalam mendorong pertumbuhan jemaat mula-mula. Fenomena ini dapat dilihat sebagai sebuah model yang sangat baik dalam penginjilan, yaitu penginjilan plus kuasa. Akan tetapi, ini menjadi akar perdebatan yang bersifat teologis, yaitu menyangkut segala bentuk fenomena kemukjizatan masa kini. Aliran Pentakosta, Karismatik dan Gerakan Gelombang Ketiga mendapat tentangan dari beberapa kaum injili, menyangkut pengejawantahan fenomena kemukjizatan dalam jemaat. Cessasinois mewakili golongan injili yang menolak segala bentuk fenomena yang diklaim sebagai manifestasi karunia Roh Kudus masa kini. Mereka menganggap semuanya telah berakhir sejak zaman para Rasul. Perdebatan ini hanya bisa dijawab dengan kebenaran firman Tuhan, yang merupakan otoritas tertinggi dalam menafsirkan segala bentuk karunia-karunia Roh Kudus.