Konsep Paulus Tentang Jabatan dan Peran Penatua Dalam Surat-Surat Pastoral dan Relevansinya Bagi Pemberdayaan Kepemimpinan Kaum Awam di Dalam Gereja Lokal
Abstract
Perkembangan arus zaman yang terus maju dan berubah di dunia modern ini, telah membawa dampak yang besar dalam segala hal. Termasuk juga dalam pertumbuhan dan perkembangan gereja-gereja zaman sekarang ini. Dalam komunitas Kristen, adalah menjadi tanggung jawab setiap anggota gereja untuk dapat menjalankan peran yang sesuai dengan jabatan mereka. Terlebih lagi bagi seorang pemimpin Kristen yang sedang menjabat dalam suatu gereja lokal tertentu, dia harus sungguh-sungguh menjalankan perannya dengan tepat.
Tuntutan ini sebenamya didasarkan pada mandat budaya yang telah diberikan Allah kepada manusia sejak dari mulanya, yaitu sebagai makhluk ciptaan-Nya. Di mana manusia sendiri harus dapat menjalankan peran penatalayanannya dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan pada Tuannya suatu hari nanti (Kej. 1:28).
Namun seiring dengan berjalannya arus perkembangan zaman yang semakin hari semakin maju dan canggih ini, seringkali dalam komunitas Kristen, keterlibatan jemaat dalam pelayanan sangat jauh dari sasaran yang mau dicapai. Peran dan tanggung jawab orang percaya, tidak lagi dipandang serius dan penting. Pelayanan di gereja dipandang remeh, karena masing-masing mereka disibukkan dengan hal-hal yang lain. Oleh sebab itu, pelayanan sering dijalankan dengan sikap yang kurang serius (kalau ada waktu barulah melayani). Sehingga hal-hal inilah, yang nantinya akan membawa dampak yang negatif dalam pertumbuhan dan perkembangan gereja lokal.
Harapan untuk memotivasi setiap anggota di dalam sebuah gereja lokal, agar dapat menjalankan peran dan tanggungjawabnya dengan semaksimal mungkin, seringkali nihil. Jadi seharusnya, baik anggota jemaat umum, maupun pemimpin-pemimpin Kristen, dalam menjalankan kepemimpinannya, mereka harus bisa berperan dengan tepat, di mana pun mereka ditempatkan Tuhan.
Hambatan-hambatan yang ada di atas tidak bisa terus-menerus dijadikan suatu alasan yang sah dalam gereja lokal. Ini justru harus diatasi dengan segera, karena hal ini bisa terus-menerus membudaya dalam komunitas gereja lokal, baik di masa kini maupun di masa depan.
Dalam PL maupun PB, peran dan tanggung jawab penatua dalam gereja lokal adalah sangat ditekankan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa sejak mula, Allah telah memberikan mandat bagi manusia, untuk menjalankan perannya sebagai penatalayanan yang harus dapat mempertanggungjawabkan segala sesuatu di hadapan- Nya.
Di dalam 1 Timotius 4:11; 6:2b; 2 Timotius 2:14; Titus 1:5-9, peran dan tanggung jawab seorang pemimpin itu dapat dilihat dengan jelas. Pemimpin itu bukan saja memiliki sikap yang aktif dalam menanggapi setiap hal yang ada, tetapi pemimpin juga memiliki tanggung jawab untuk memproaktifkan orang lain, dan melibatkan dirinya dalam setiap pelayanan di mana pun juga dia berada. Seorang pemimpin seharusnya bersikap aktif, baik dalam hal melayani maupun menjadi teladan bagi orang yang dilayaninya.
Dengan kata lain, kapan pun dan di mana pun seorang Kristen berada, dia haruslah menjadi saksi-saksi hidup, peka dan bertindak aktif dalam menjalani peran dan tanggungjawabnya sebagai seorang yang percaya yang kontekstual. Zaman pascamodern ini membutuhkan pemimpin-pemimpin Kristen yang dapat memberikan dirinya secara utuh kepada Pencipta-Nya. Di tengah sgala kesibukan dan kepentingan diri, pemimpin harus tetap dapat memberikan teladan hidup bagi orang lain seperti Kristus yang rela merendahkan diri dalam melayani murid-murid-Nya, memberikan kesaksian dengan dasar kasih Allah di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpedulian ini. Setiap orang Kristen haruslah sadar akan rencana dan harapan Allah dalam diri mereka masing- masing. Dan kemudian meresponi panggilan-Nya, sesuai dengan apa yang dikehendaki- Nya, seperti seorang hamba yang telah siap menyatakan pengabdian dengan melayani tuannya demi kerajaan-Nya di bumi ini.
Dengan cara yang demikian, maka seluruh keanggotaan dalam gereja lokal, tanpa satu pun yang terkecuali, dapat dimotivasi bersama dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya dengan lebih baik dan lebih optimal. Langkah ini juga akan membawa dampak yang positif, baik kepada gereja lokal itu sendiri, maupun kepada lingkungan sekitamya, dalam mencapai suatu pertumbuhan dan perkembangan gereja lokal yang menyeluruh.