Tinjauan Kritis terhadap Buku Bruce H. Wilkinson "The Prayer of Jabez" berdasarkan Eksegesis 1 Tawarikh 4:9-10
Abstract
Pada awal tahun 2001, masyarakat Kristen di Amerika Serikat dikejutkan dengan terbitnya sebuah buku tentang doa, yaitu The Prayer of Jabez - Breaking Through to the Blessed Life (Doa Yabes -- Menerobos ke Hidup Penuh Berkat) yang ditulis oleh Bruce H. Wilkinson. Buku ini termasuk buku Kristen yang terlaris, di mana penjualannya mencapai belasan juta eksemplar. Buku ini telah tersebat hampir ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Di dalam bukunya ini Wilkinson memperkenalkan sebuah doa yang tercatat di dalam Alkitab yaitu doa Yabes (I Taw. 4:9-10). Penafsirannya terhadap doa Yabes dalam buku ini didasarkan pada pengalaman pribadi Wilkinson selama lebih dari tiga puluh tahun berdoa dengan menggunakan doa Yabes -- kata demi kata -- dan ia merasakan bagaimana Allah menjawab permintaan-permintaannya yang didasarkan pada doa Yabes. Wilkinson berusaha menafsirkan setiap permintaan Yabes dalam doanya untuk memberikan penjelasan yang lebih dalam dari doa Yabes. Melalui pengalamannya dengan doa Yabes, Wilkinson membangun sebuah teologi permintaan berkat. Menurutnya, permintaan berkat yang didasarkan pada doa Yabes merupakan doa yang selalu dijawab oleh Tuhan dan pengalaman Wilkinson dengan doa Yabes tersebut merupakan bukti nyata doa Yabes merupakan doa yang diperkenan oleh Allah untuk meminta berkat. Apa sebenarnya makna yang terkandung di dalam doa Yabes ini? Berdasarkan hasil eksegesis terhadap 1 Taw. 4:9-10, maka disimpulkan dua bagian besar. Pertama, berdasarkan latar belakang historis. Doa Yabes menyentuh isu perluasan wilayah dari masa post-exilic Yehuda (pengharapan dari penulis kitab Tawarikh terhadap perluasan wilayah, lih. 1 Taw. 2:42-55). Penulis kitab Tawarikh juga ingin menunjukkan bahwa Yabes sebagai satu contoh dari sebuah cara untuk melepaskan diri dari masalah-masalah penderitaan dan perluasan wilayah. Berdasarkan analisa konteks maka 1 taw. 4:9-10 merupakan bagian dari 1 Tawarikh 4 yang kemungkinan terdapat kerusakan dalam bahasa aslinya, terutama ayat 1-23. Nama Yabes juga tercatat dalam 1 Tawarikh 2:55, di mana Yabes merupakan nama sebuah kota dan kemungkinan nama kota ini didasarkan pada nama Yabes. Kedua, berdasarkan latar belakang konteks pemberian nama Yabes oleh ibunya dan doa Yabes. Arti nama Yabes diambil dari pengalaman "kesakitan" yang dirasakan ibunya Yabes pada saat melahirkan Yabes. Dapat dikatakan bahwa Yabes menyebabkan "kesakitan". Kesadaran Yabes akan arti namanya, membuat ia datang pada Allah. Ia datang kepada Allah memohon berkat kepada Allah, yaitu berupa perluasan wilayah, penyertaan tangan Allah dan menjauhkan Yabes dari malapetaka. Melalui doanya ini Yabes menginginkan agar Allah sungguh-sungguh memberkati dia karena Yabes merasa takut akan pengaruh "kesakitan" dari arti namanya. Pada akhirnya melalui tinjauan kritis terhadap penafsiran Wilkinson terhadap doa Yabes yang didasarkan pada hasil eksegesis 1 Tawarikh 4:9-10, dapat dilihat kelemahan-kelemahan Wilkinson dalam menafsirkan kedua ayat ini. Wilkinson lebih mendasarkan penafsirannya pada pengalaman pribadinya dengan doa Yabes selama tiga puluh tahun lebih. Penafsirannya ini diwarnai dengan penafsiran alegori dan juga secara harafiah, sehingga dapat dikatakan bahwa penafsiran Wilkinson terhadap 1 Tawarikh 4:9-10 kurang tepat, karena kurang melakukan proses eksegesis, padahal teologinya dibangun dari kedua ayat tersebut. Melalui penulisan skripsi ini diharapkan orang-orang Kristen tidak memiliki pengertian yang salah tentang doa. Orang-orang Kristen harus mengetahui dengan benar bahwa doa bukan hanya sekedar kata-kata yang diungkapkan berulang-ulang tetapi doa mengarah pada kebergantungan manusia kepada Allah, Penciptanya. Doa memperlihatkan bagaimana manusia mengandalkan Penciptanya. Sebuahdoa dijawab bukan bergantung pada doa yang dinaikkan tetapi kembali pada kehendak Allah.