Tinjauan Kritis Terhadap Dikotomi Pendekatan Kepada Kebudayaan Dalam Praktik Misi Gereja Kalimantan Evangelis Jemaat Pedesaan Kalimantan Barat
Abstract
Pekerjaan misi memerlukan pendekatan yang strategis, salah satunya adalah pendekatan melalui kebudayaan. Dalam pekerjaan misi di Kalimantan ada dua sikap yang ditunjukkan oleh pelaku misi, pertama, sikap menolak kebudayaan suku Dayak, sikap misionaris pada waktu itu sangat negatif dan menolak segala sesuatu mengenai kebudayaan yang ada hubungannya dengan sikap hidup yang lama. Mereka memandang kebudayaan Dayak sebagai kebudayaan kafir. Akibat dari sikap dan tindakan ini, banyak orang Dayak yang tidak mau menjadi Kristen, sehingga pekerjaan misi berjalan sangat lambat. Kedua, sikap gereja sesudah zaman zending mulai terbuka, meskipun masih diliputi oleh keragu-raguan dan kurang jelas, hal ini dikarenakan pemimpin gereja angkatan tua masih terikat pandangan-pandangan sebelumnya. Baru pada 1940 gereja menyadari secara serius bahwa masalah kebudayaan harus ditelaah secara menyeluruh. Sikap yang terbuka terhadap kebudayaan memberi dampak yang signifikan bagi kemajuan gereja dan pekabaran Injil.
Selanjutnya, penelitian ini mengevaluasi dua pendekatan yang dilakukan oleh pelaku misi, baik itu evaluasi terhadap sikap yang menolak maupun sikap yang terbuka terhadap kebudayaan. Hal ini dilakukan untuk memahami apa saja kekuatan dan kelemahannya, serta merumuskan suatu kerangka yang alkitabiah tentang kebudayaan, mengenai batasan-batasan yang jelas tentang apa saja yang perlu ditinggalkan dan apa saja yang masih bisa digunakan, khususnya dalam praktik misi. Kesimpulan akhir dari studi ini adalah bahwa tidak semua kebudayaan negatif, ada hal-hal yang baik dari kebudayaan yang bisa digunakan untuk praktik misi. Karena itu perlu usaha untuk meneliti, menggali, serta menyeleksi kebudayaan yang bisa digunakan untuk prakti misi serta perlu usaha sosialisasi yang intensif kepada gereja yang ada di desa-desa supaya mereka tidak terjebak dalam keragu-raguan dan sinkretisme.