Kasih Allah sebagai Respon terhadap Dosa Idolatry Umat Israel dalam Kitab Hosea
Abstract
Gambaran dosa idolatry dalam Alkitab membentang mulai dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Idolatry tidak sekadar dalam bentuk penyembahan terhadap patung, gambar atau bentuk tertentu secara visual, melainkan segala sesuatu yang diinginkan hati melebihi Allah adalah dosa idolatry. Salah satu bagian Perjanjian Lama yang memuat topik tentang idolatry adalah kitab Hosea. Kitab Hosea mewakili gambaran tentang idolatry dalam Alkitab baik dalam konteks literal maupun dalam konteks figuratif. Dalam konteks literal terlihat melalui penyembahan umat Israel terhadap Baal. Dalam konteks figuratif terlihat melalui kebergantungan umat Israel pada kekuatan sendiri dan negara kafir sehingga mengabaikan Allah.
Dosa idolatry telah merusak relasi umat dengan Allah. Bukan hanya itu, setiap pelaku dosa seharusnya berakhir dengan penghukuman, namun di tengah-tengah keadaan ini, kasih Allah hadir dan dinyatakan melalui kitab Hosea kepada para idolater. Tujuan dari pernyataan kasih Allah ini adalah untuk menganugerahkan pembebasan bagi umat dan memperbaharui kehidupan mereka. Melalui kasih Allah, umat beroleh kesempatan untuk berbalik dan merestorasi kembali kehidupan serta relasi bersama dengan Allah. Dosa idolatry merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya di masa kini. Kecintaan akan uang, kuasa dan cinta adalah beberapa dari sekian banyaknya contoh-contoh idolatry yang nyata keberadaannya dan banyak menjerat kehidupan manusia termasuk di dalamnya orang Kristen. Ada banyak orang yang terjerumus di dalam dosa ini yang akhirnya menjauhkan mereka dari Allah dan bahkan mereka sedang berada di ambang kehancuran. Di tengah-tengah keadaan ini, proklamasi kasih Allah yang dinyatakan kepada umat Israel di Hosea juga berlaku bagi umat masa kini. Gereja perlu mengambil peran untuk menyuarakan dan menyalurkan kasih Allah seperti yang telah dinyatakan di Hosea kepada para idolater dan para idolater perlu untuk merespons kasih Allah di dalam kehidupan mereka sehingga mereka juga menerima pemulihan dari Allah. Dengan melakukan perannya, niscaya gereja sebagai mediator Allah dapat menyalurkan kasih Allah dengan tepat kepada para idolater dan niscaya mereka akan mendapatkan pemulihan yang sejati bagi kehidupan mereka dan relasi dengan Tuhan.