Kontribusi Doktrin Trinitas dan Motif Organik Herman Bavinck terhadap Diskusi Kekinian Mengenai Trinitas dan Pluralisme Agama dari Sudut Pandang Teologi Injili
Abstract
Isu pluralisme agama sudah menjadi persoalan yang sangat umum. Namun, irisan antara studi Trinitas dan pluralisme agama baru saja berkembang beberapa dekade belakangan ini. Ironisnya, kaum injili, sekalipun sudah banyak terlibat dalam diskusi teologi agama-agama, hanya sebagian kecil saja yang mengaitkan studi Trinitas dengan pluralisme agama-agama. Kebanyakan teolog agama-agama trinitarian yang berkecimpung dalam diskusi ini justru adalah yang non-injili, atau setidaknya, yang memiliki nilai-nilai teologis yang berbeda dan tidak alkitabiah. Perkembangan di dalam studi mengenai Herman Bavinck, salah seorang tokoh Neo-Calvinis dari Belanda, yang tadinya terlupakan, sekarang menjadi subur oleh karena terbitnya keempat volume dari magnum opus-nya, yakni Reformed Dogmatics. Beberapa monograf yang membahas mengenai teologi Bavinck mulai bermunculan, salah satunya yang paling berpengaruh adalah dari James Eglinton, Trinity and Organism. Dengan mengikuti tesis dan hermeneutika yang ditawarkan oleh Eglinton, penulis meyakini doktrin Trinitas Bavinck dapat memberikan kontribusi yang positif dan konstruktif bagi kaum injili dalam membangun sebuah teologi agama-agama. Penulis memakai dua pandangan kontemporer yang diberikan oleh Veli-Matti Karkkainen dan Joas Adiprasetya terhadap penggunaan doktrin Trinitas sebagai kerangka dasar dalam membangun teologi agama-agama. Penulis mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dari model panenteisme trinitarian yang diberikan oleh kedua teolog tersebut. Akhirnya, sebagai tujuan utama dari penulisan tesis ini, penulis menunjukkan keunggulan model trinitarianisme klasik dari Bavinck dengan motif organiknya untuk membangun sebuah teologi agama-agama kovenantal. Pada intinya, teologi agama-agama menempatkan kekristenan sebagai agama yang benar, di mana melaluinya, Allah Trinitas sebagai Realitas Ultimat menyatakan diri-Nya. Kekristenan menjadi sebuah penggenapan subversif bagi agama-agama non-Kristen, melalui Kristus yang adalah pusat organis dari penyataan Allah Trinitas.