Show simple item record

dc.contributor.advisorElbers, Veronika
dc.contributor.authorMonda, Lenni
dc.date.accessioned2021-03-23T03:42:31Z
dc.date.available2021-03-23T03:42:31Z
dc.date.issued2014-03
dc.identifier.urihttp://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1145
dc.description.abstractManusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak dapat dipisahkan dari kebudayaannya, karena sifat budaya mengikat. Hal yang sama terjadi dengan orang-orang Toraja yang terikat tradisi nenek moyang, khususnya tradisi rambu solo yang diwariskan turuntemurun.Tradisi tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan leluhur orang Toraja sebagai penganut Aluk Todolo. Ritual rambu solo adalah upacara orang mati yang di dalamnya tersirat kepercayaan suku leluhur suku Toraja tentang kematian dan kehidupan di balik kematian. Leluhur suku Toraja meyakini bahwa kematian adalah jalan untuk kembali ke langit dan menjadi manusia ilahi sama seperti pada waktu penciptaan pertama. Orang mati yang belum mendapatkan ritual rambu solo rohnya masih gentayangan; ia akan berpindah dari dunia orang mati menuju ke langit hanya jika sudah diupacarakan sesuai ritual rambu solo. Roh orang mati yang sudah menjadi manusia ilahi akan memelihara dan memberkati keturunannya yang masih hidup. Roh tersebut dan orang hidup tetap memiliki relasi dan saling membutuhkan satu dengan yang lain. Konsep kematian dan kehidupan di balik kematian suku Toraja sangat berbeda dengan konsep kematian dan kehidupan di balik kematian dalam Alkitab. Alkitab mengajarkan bahwa manusia mengalami kematian akibat dosa mereka. Manusia yang berdosa bukan hanya mengalami kematian fisik tetapi juga kematian rohani. Setelah mengalami kematian secara fisik, roh manusia akan berada di dunia orang mati sambil menantikan kebangkitan tubuh mereka pada hari kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Selama dalam masa penantian orang mati tidak dapat berelasi dengan orang hidup karena dunia mereka berbeda dan terpisah jauh. Apabila ada orang hidup yang berelasi dengan roh orang mati, maka sebenarnya ia sedang terlibat pekerjaan Iblis. Pada hari kebangkitan orang percaya akan mendapatkan tubuh kemuliaan dan menikmati kebahagiaan yang sempurna dalam perjamuan bersama dengan Anak Domba, sedangkan orang tidak percaya akan dihakimi dan mendapatkan hukuman kekal dalam api neraka. Oleh karena suku Toraja mayoritas beragama Kristen, selayaknya firman Tuhanlah yang menjadi dasar kehidupan supaya mereka dapat memahami bahwa kematian akan membawa mereka kepada Allah melalui Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat.en_US
dc.publisherSeminari Alkitab Asia Tenggaraen_US
dc.subjectrambu soloen_US
dc.subjectpuyaen_US
dc.subjectkematianen_US
dc.subjectkehidupan setelah kematianen_US
dc.subjectroh orang matien_US
dc.subjectintermediate stateen_US
dc.subjectkebangkitan tubuhen_US
dc.titlePerbandingan Konsep Kematian dan Kehidupan di Balik Kematian Suku Toraja dengan Konsep Kematian dan Kehidupan di Balik Kematian dalam Alkitaben_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record