Konsep Penyangkalan Diri Dalam Injil Matius dan Relevansinya Terhadap Asketisme Kristen
Abstract
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman sekarang membawa dampak pada semakin merosotnya moral dan etika masyarakat serta menimbulkan kekeringan dan kemiskinan rohani. Masyarakat dicengkeram paham-paham materialisme, konsumerisme, hedonisme dan lain sebagainya yang sebenamya bersumber dari egosentrisme. Manusia menyadari bahwa kebanyakan masalah lahir karena diri mereka sendiri, oleh karena itu lahirlah praktik-praktik yang berhubungan dengan penguasaan atau pengendalian diri. Dalam sejarah kekristenan dapat ditemukan bentuk-bentuk praktik spiritualitas yang meneoba untuk menjawab permasalahan zaman. Salah satunya adalah asketisme yang diadopsi untuk mempersiapkan orang-orang percaya menghadapi kesulitan- kesulitan, seperti penindasan, hedonisme, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan egosentrisme. Asketisme diharapkan menghasilkan sosok-sosok orang percaya yang tangguh dan menjadi solusi bagi permasalahan di zamannya. Meskipun terjadi distorsi dan perbedaan pemaknaan, inti dari praktik ini adalah membantu orang-orang percaya untuk melatih diri dalam menghadapi tantangan kehidupan. Asketisme mengakar di atas dasar penyangkalan diri. Yesus Kristus memanggil semua pengikut-pengikut-Nya untuk menjalani kehidupan menyangkal diri. Dengan penyangkalan diri, seseorang dimampukan untuk menjadi murid sejati; murid yang meneladani kehidupan gurunya. Kristus merupakan sosok yang sempuma dan orang- orang percaya dipanggil untuk meneladani kehidupan-Nya. Menjadi seperti Kristus merupakan titik final dari kehidupan orang percaya dan untuk mencapainya diperlukan proses dan kerja keras. Asketisme merupakan bentuk usaha melatih diri agar kehidupan praktisinya sesuai dengan kehendak Allah; hidup bagi Allah dan sesama. Asketisme tidak “menghindari” dunia tetapi hadir dan menyatakan karya Kristus di dalam dunia. Asketisme membangun disiplin rohani dan memfokuskan hidup disiplin itu dalam masyarakat agar terang Kristus nyata di dalam dunia dan orang-orang dapat melihat terang itu melalui karakter Kristus yang ada di dalam orang-orang percaya.