Potret Yesus Menurut Injil Yohanes Sebagai Simbol Resistansi Terhadap Imperialisme Roma dan Implikasinya Terhadap Studi Kristologi Injil Yohanes
Abstract
Sejak pendekatan kritisisme literaris dan pengaruh religionsgeschicte (history of religions) yang menghubungkan Injil Yohanes dengan gnostisisme semakin melemah, para sarjana mulai menyelidiki alternatif latar belakang penulisan Injil Yohanes. Beberapa sarjana meyakini konflik antara komunitas Yohanes dan komunitas Yahudi di Asia Kecil sebagai pemicu lahirnya Injil Yohanes. Namun seiring maraknya tren studi biblika yang membaca teks-teks Perjanjian Baru dari kacamata Greco-Roman, para sarjana terdorong untuk mengaitkan penulisan Injil Yohanes dengan isu sosial, politik, dan religius terkait konteks imperialisme Roma pada dekade terakhir abad pertama.
Penyelidikan latar belakang Greco-Roman di dalam Injil Yohanes menghasilkan potret Yesus yang resisten terhadap imperialisme Roma. Yesus yang digambarkan di dalam Injil Yohanes merupakan sosok yang melakukan tindakan-tindakan provokatif yang secara aktif mengecam bahkan menentang pemerintah Roma dan para petinggi agama Yahudi yang merupakan bagian integral di dalam konspirasi politik imperialisme Roma. Penulis Injil Yohanes juga mengenakan gelar-gelar mesianik untuk melukiskan Yesus yang anti-imperialisme Roma. Gelar-gelar Yesus seperti Raja, Anak Allah, Tuhan, dan Allah tidak hanya bermuatan teologis, tapi juga bermuatan politik. Gelar-gelar yang sama juga dipakai oleh Kaisar Roma sehingga kelihatannya Yesus dikisahkan sebagai tokoh tandingan Kaisar Roma. Selain itu, dengan menggunakan gelar-gelar ini Yesus dianggap sebagai tokoh pembebasan bangsa Israel dari penjajah Romawi.
Penulis Injil Yohanes menghadirkan tokoh Yesus yang resisten terhadap imperialisme Roma untuk menjawab pergumulan komunitas Yohanes yang pada waktu penulisan Injil Yohanes sedang ditekan oleh pemerintah Roma dan komunitas Yahudi. Pemerintah Roma menindas komunitas Yohanes karena mereka tidak mau menyembah Kaisar Roma, sedangkan komunitas Yahudi mengusir mereka selain karena alasan teologis juga karena mereka takut komunitas Yohanes yang adalah musuh kekaisaran Roma menjadi masalah buat mereka.
Melalui penyelidikan ini, penulis yakin bahwa bahwa konflik antara komunitas Yohanes dengan pemerintah Romawi dan komunitas Yahudi merupakan pergumulan komunitas Yohanes yang saling terkait dan melatarbelakangi penulisan Injil Yohanes. Implikasi lain dari penyelidikan ini membuktikan bahwa kesamaan potret Yesus anti-imperialisme Roma antara Injil Yohanes dan injil sinoptik merupakan petunjuk bahwa penulis Injil Yohanes memperhatikan keakuratan sejarah dan merupakan langkah maju bagi penggunaan Injil Yohanes di dalam rekonstruksi Yesus Sejarah