Hukum Pengaruh Dalam Kepemimpinan Yosua dan Implikasinya Bagi Kepemimpinan Kristen Masa Kini
Abstract
Secara de jure diakui bahwa, dalam abdid future shock ini, realita kepemimpinan yang berpengaruh di Indonesia baik sekuler maupun Kristen berada dalam krisis multidimensi. Ini akibat dari menjamurnya toxic leaders yang terkait dengan cacat karakter. Pada akhirnya, kepemimpinan (termasuk kepemimpinan Kristen) menjadi komoditas yang langka dan paling mahal di dunia ini, akibat perbuatan dari oknum pemimpin yang telah menyalahgunakan elemen-elemen penting sebuah kepemimpinan yaitu, otoritas, kredibilitas, akuntabilitas, dan mengabaikan ketaatan, iman, dan komitmen. Dunia memerlukan potret kepemimpinan Kristen sejati, yaitu kepemimpinan yang dapat memberikan pengaruh yang positif sesuai standar firman Tuhan. Hal ini bukan hanya menjadi bagian dari hamba Tuhan atau pendeta. Tetapi juga majelis, orang- orang Kristen yang menduduki posisi penting dalam perusahaan, lembaga pemerintahan, dan lembaga lainnya. Para pemimpin Kristen perlu mengetahui cara menerapkan pengaruh yang sesuai dengan agenda Allah dan bukan pada agenda pribadinya. Pola yang dimiliki Yosua sebagai salah satu tokoh terkenal dalam Alkitab adalah pemimpin yang memiliki pengaruh, yang dapat dijadikan teladan bagi kepemimpinan Kristen dalam era future shock ini. Karakter berdasarkan standar firman Tuhan yang terintegrasi dalam setiap dimensi kehidupan, menjadi fondasi yang kokoh baginya untuk membangun pengaruh yang lebih besar. Integritas Yosua telah teruji melalui rangkaian metamorfosis kehidupannya. Keberhasilannya adalah karena ia konsisten untuk melakukan dan meneladani hidup yang benar. la taat dan memilih untuk tetap berada di bawah kontrol Tuhan. Karena itu, setiap pemimpin Kristen dapat meneladani Yosua untuk menyelaraskan karakternya berdasarkan standar firman Tuhan. Dalam kondisi krisis kepemimpinan, seharusnya pemimpin Kristen menggunakan peluang untuk tampil menjadi pemimpin yang membawa pembaharuan, baik di dalam gereja maupun di tengah komunitas masyarakat. Dengan demikian, perkembangan dari toxic leaders dapat dihambat secara perlahan-lahan.