Tinjauan Terhadap Konsep Covenantal Nomism dari E. P. Sanders dan Implikasinya Terhadap Doktrin Pembenaran Oleh Iman
Abstract
Gugatan terhadap doktrin pembenaran oleh iman yang dipercaya oleh kalangan tradisional atau Reformed, telah ada sejak tahun 1800-an. Gugatan tersebut semakin menguat di tahun 1900-an, terutama sejak Sanders menghasilkan karyanya yang berjudul Paul and Palestinian Judaism: A Comparison Pattern of Religion. Dalam karyanya yang meneliti literatur-literatur Yahudi mula-mula, ia sampai pada kesimpulan bahwa covenantal nomism adalah pola dari agama pada Yudaisme Bait Allah kedua. Suatu pola agama yang tidak mengenal legalisme, tidak seperti yang dipercayai oleh kalangan tradisional selama ini. Buku tersebut dengan konsep covenantal nomism-ny?L, mendapatkan dukungan dari para pendukung Perspektif Baru tentang Paulus, terutama James D. G. Dunn dan N. T. Wright. Ketiga tokoh tersebut—Sanders, Dunn, dan Wright—^bisa dikatakan sebagai tokoh utama dalam Perspektif Baru tentang Paulus pada masa kini. Perspektif Baru tentang Paulus termasuk konsep covenantal nomism berbeda dengan pandangan tradisional selama ini, dalam beberapa hal, antara lain: pandangan mengenai iman, pembenaran, perbuatan-perbuatan hukum Taurat, dan inti berita dalam surat-surat Paulus. Sanders, Duim, dan Wright melihat doktrin pembenaran oleh iman bukan merupakan doktrin utama dalam teologi Paulus dan perkataan Paulus mengenai perbuatan-perbuatan hukum Taurat tidak mengacu kepada legalisme di Yudaisme Palestina. Tetapi hukum Taurat itu sebagai badge yang membedakan orang-orang Yahudi dengan orang-orang non-Yahudi. Pendapat tersebut disanggah oleh pandangan tradisional. Menurut pandangan tradisional, seperti yang dinyatakan oleh F. F. Bruce, Douglas J. Moo, dan D. A. Carson, doktrin pembenaran iman merupakan doktrin utama dalam teologi Paulus, juga adanya legalisme yang terjadi di dalam Yudaisme, yaitu yang digugat oleh Paulus. Berdasarkan analisis terhadap data dan fakta yang ada di dalam literatur-literatur Yahudi mula-mula dan dari kitab Roma dan Galatia, penulis berpendapat bahwa konsep covenantal nomism tidak bisa dipertahankan, karena tidak didukung oleh data-data yang ada dalam kitab Roma dan Galatia, bahkan dalam literatur-literatur Yahudi itu sendiri. Dengan demikian, penulis melihat doktrin pembenaran oleh iman tetap bisa menjadi pegangan dari iman Kristen, yaitu pandangan bahwa keselamatan merupakan karya Allah semata tanpa ada sedikitpun campur tangan manusia di dalamnya.