Relasi Pembenaran-Pengudusan-Kesatuan Dengan Kristus Dalam Soteriologi Yohanes Calvin dan Implikasinya Bagi Soteriologi Protestan Masa Kini
Abstract
Dalam soteriologi tradisi reformed biasa kita temukan adanya penekanan pada ordo salutis. Beberapa waktu terakhir, penekanan ini cukup banyak mendapatkan tantangan dari penafsiran yang mengatakan bahwa soteriologi Yohanes Calvin, sang bapa tradisi tersebut, tidaklah demikian. Berangkat dari masalah ini, penulis memutuskan untuk menyelidiki langsung tulisan-tulisan Yohanes Calvin untuk memperoleh gambaran utuh mengenai soteriologinya. Dari penyelidikan yang dilakukan penulis terhadap Institutes, traktat-traktat, surat-surat, serta tafsiran-tafsiran Alkitab Calvin yang terkait, temyata bahwa sang reformator menempatkan penekanan soteriologinya pada kesatuan dengan Kristus. Ketika diperbandingkan dengan ragam soteriologi yang melingkunginya, antara lain soteriologi tradisi Lutheran (diwakili Luther dan Formula of Concord), soteriologi reformed di era reformasi extra-Calvin (Zwingli, Oecolampadius, Bullinger, Bucer), soteriologi reformed pasca-reformasi (skolastisisme Protestan, Beza, Dordt), dan soteriologi Trente, semakin jelaslah keunikan soteriologi Calvin ini. Pemahaman tersebut mendorong penulis untuk menarik implikasi penelitian ini bagi soteriologi Protestan masa kini, antara lain dalam diskusi mengenai ordo salutis dan tempat pengudusan dalam soteriologi tradisi Protestan, serta potensi signifikan pemahaman terhadap soteriologi Calvin ini bagi dialog dengan soteriologi tradisi-tradisi teologi lainnya-dalam hal ini penulis memilih dua tradisi besar di luar Protestantisme, yakni gereja Katolik Roma dan Ortodoks Timur-maupun dengan dunia kesarjanaan Peijanjian Barn kontemporer, khususnya perspektif-perspektif mengenai kesatuan dengan Kristus sebagai motif utama soteriologi Paulus.