Integrasi Spiritualitas dan Kapabilitas Kepemimpian Kristen dan Relevansinya Bagi Gereja-Gereja Tionghoa di Surabaya
Abstract
Citra kepemimpinan spiritual dalam gereja-gereja Tionghoa menghadapi krisis yang cukup memprihatinkan. Beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya kepercayaan jemaat terhadap kepemimpinan gereja Tionghoa mencakup masalah spiritual, kapabilitas, integritas dan penyalahgunaan kuasa kepemimpinan itu sendiri. Masalah spiritual adalah kepemimpinan yang tidak memiliki korelasi dengan kehidupan spiritualitasnya, sehingga pemimpin kehilangan pengaruh spiritualitasnya. Gejala ini timbul karena terjadinya missing link antara aspek spiritual dan kepemimpinan. Dampaknya, para pemimpin mempraktikkan kepemimpinan yang tidak spiritual, yang tidak ada bedanya dengan kepemimpinan sekular. Kapabilitas pemimpin dalam gereja Tionghoa terlihat pada aspek kurang terampilnya seorang pemimpin, baik pada segi kemampuan memimpin maupun kemampuan berorganisasi. Ditemukan adanya pemimpin gereja Tionghoa yang kurang kapabilitasnya namun ditempatkan pada posisi penting dan strategis. Gereja dalam dilema, namun cenderung memilih yang ekonominya mapan daripada kapabilitasnya. Sedangkan masalah integritas kepemimpinan dinodai oleh kasus-kasus ketidakjujuran dalam keuangan, penyalahgunaan kekuasaan, penyimpangan seksual, dan penipuan. Masalah konsep kepemimpinan yang keliru menjurus pada kepemimpinan yang hanya mengejar kekuasaan dan prestise, sehingga melalaikan segi pelayanan. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan merugikan gereja Tionghoa.
Tujuan penelitian ini diharapkan dapat menciptakan kepemimpinan Kristen yang alkitabiah, yaitu kepemimpinan yang mampu mengintegrasikan aspek spiritualitas dan kapabilitas berdasarkan firman Tuhan. Kepemimpinan yang menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan Kristen ini diyakini dapat menghasilkan kepemimpinan yang fungsional, profesional, dinamis, dan efektif.
Untuk mencapai tujuan ini, pertama-tama menggunakan penelitian kepustakaan dari berbagai sumber literatur yang bersifat teologis dan historis, kemudian menggunakan materi-materi pendukung lainnya baik dalam bentuk media cetak maupun elektronik. Melalui penelitian metode kualitatif dan kuantitatif, penulis akan menyajikan data yang seobjektif mungkin melalui observasi langsung ke berbagai gereja dan juga kepada pemimpin-pemimpinnya, baik secara tulisan maupun lisan (angket/kuesioner). Hasil penelitian dari berbagai sumber akan dijadikan disertasi, baik melalui pendekatan secara deskriptif maupun eksplanatif. Diharapkan dalam penelitian tulisan ini dapat diimplementasikan atau direalisasikan secara langsung dalam gereja-gereja Tionghoa di Surabaya dan Indonesia pada umumnya.